Kisah Guru Honorer Berupah Minim Menyambi Sebagai Merbot Masjid Baitul Asri Jatiwaringin

Rabu 13 Okt 2021, 21:56 WIB
Nurdin, seorang guru honorer di SDN Cipinang Melayu 08 Pagi yang juga menyambi sebagai guru ngaji (ist) 

Nurdin, seorang guru honorer di SDN Cipinang Melayu 08 Pagi yang juga menyambi sebagai guru ngaji (ist) 

"Kalau keuangan di tengah pandemi itu pas-pasan, sebab sampingan kita enggak jalan, terus pengajian yang biasa kita kaji juga tutup, (layanan) umrah juga saat ini baru dibuka dan jemaah masih belum berani berangkat karena (masih) pandemi," ucapnya.

Lantas Nurdin mencoba untuk menyiasatinya dengan cara memfokuskan pengeluaran keuangan untuk hal yang penting saja.

Selain itu, dia juga menjadi guru ngaji serta Khatib salat Jumat. Meski demikian, kata Nurdin, profesi itu bukanlah menjadi cara untuk mendapat uang namun lebih sebagai amal ibadah.

"Untuk saat ini sampingan paling jadi guru ngaji, kemudian mengisi pengajian mingguan, atau setiap Jumat jadi khatib (salat) Jumat," ucapnya.

"Kan (upahnya) kalau begitu enggak tentu, paling kalau pengajian malam anak-anak, kadang dapat Rp300 ribu kadang Rp200 ribu, jadi enggak menentu," imbuhnya.

Kendati upahnya sebagai guru masih minim guna memenuhi kebutuhan keluarga, namun dia tetap bersyukur dan memandang bahwa profesi guru yang tugasnya mengajar adalah suatu kewajiban dan perbuatan yang mulia.

Walaupun dia berharap juga, pemerintah memerhatikan nasib para guru honorer yang selama ini secara upah memang masih tergolong minim.

"Harapan ke depan biar sehat aja agar bisa menjalani aktivitas sehari-hari dan wabah Corona ini bisa segera berakhir supaya tempat usaha bisa buka lagi," ungkapnya (cr02) 

Berita Terkait

News Update