Penilaian formatif lebih diutamakan dalam mengukur dan memantau kemajuan belajar siswa, seperti demonstrasi proyek sains, membuat laporan proyek, atau menyelesaikan suatu kasus yang terkait materi ajar dengan menggunakan alat atau metode tertentu.
Tujuan dari kegiatan evaluasi berubah fokusnya, yang mana sebelumnya berdasarkan penilaian pembelajaran untuk mengetahui apakah hasil belajar yang diinginkan telah dicapai ataukah siswa membutuhkan PR tambahan untuk membantu penguasaan atas topik tertentu.
Hal yang paling utama pada kondisi pembelajaran saat ini adalah pentingnya peningkatan kemampuan dan kualitas teknologi pendidikan guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar secara daring, yang mana hal tersebut merupakan pilihan terbaik yang kita miliki dalam situasi saat ini.
Meskipun belum ada kajian mengenai bagaimana penerapan pelaksanaan proses pengajaran yang tepat di era pandemi ini, namun kesemua hal tersebut akan menuju pada empat pilar utama pendidikan menurut UNESCO yaitu belajar untuk mengetahui sesuatu, belajar untuk melakukan sesuatu, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama-sama; yang mana ke empat pilar tersebut merupakan gabungan dari tujuan Spiritual Intelligence (SI), Emotional Intelligence (EI), dan Intellectual Quotient (IQ).
Sistem pengajaran dan pembelajaran di masa pandemi ini memang menimbulkan dilema bagi pemerintah.
Berbagai skenario harus diperhitungkan secara tepat dan cermat agar mampu meminimalisir risiko serta memaksimalkan hasil pembelajaran untuk seluruh kalangan dunia pendidikan. (*)
Penulis Adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tarumanagara Jakarta dan Pemilik Gelar Magister Terbanyak di Indonesia Pernah Masuk MURI Tahun 2019 dengan 13 Gelar Program Magister Serta Pemilik Dua Gelar Doktor.