JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sebanyak 450 orang mengungsi dan 230 rumah terendam banjir di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Banjir dipicu curah hujan tinggi yang yang membuat dua sungai meluap.
Curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi sejak Senin (4/10/2021) sehingga yang memicu Sungai Kandilo dan Sungai Sakerau meluap karena tidak mampu menahan debit air.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Paser melaporkan, selain luapan dua sungai tersebut, banjir juga disebabkan oleh adanya air kiriman dari wilayah hulu sungai dan minimnya daerah resapan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kandilo dan Sungai Sakeau.
Abdul Muhari, Ph.D. Plt. L, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (5/10/2021) mengungkapkan, data sementara yang dihimpun, banjir telah berdampak kepada 152 KK/717 jiwa yang tinggal di tiga kecamatan, masing-masing Kecamatan Long Ikis, Kecamatan Muara Komam dan Kecamatan Batu Sopang.
"Kurang lebih sebanyak 450 jiwa terpaksa harus mengungsi ke rumah kerabat masing-masing," terang Abdul Muhari mengutip keterangan BPBD setempat.
Sementara itu, kerugian materil hingga saat ini tercatat ada 230 unit rumah, dan akses jalan terputus dan beberapa fasilitas umum dan pendidikan juga terdampak banjir.
BPBD Kabupaten Paser telah melakukan kaji cepat dan koordinasi bersama instansi terkait guna percepatan penanganan banjir di Kabupaten Paser.
Beberapa posko bantuan dan koordinasi telah didirikan untuk memudahkan penanggulangan bencana yang dipicu oleh faktor cuaca tersebut.
Bantuan logistik, kebutuhan dasar dan air bersih juga telah didistribusikan oleh BPBD Kabupaten Paser, termasuk evakuasi warga ke lokasi yang lebih aman.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta kepada pemerintah daerah agar dapat membuat kebijakan yang dianggap perlu dalam kaitan mitigasi bencana dan peningkatan kapasitas masyarakat.
Di samping itu, masyarakat diharapkan tidak panik dan dapat mengakses informasi prakiraan cuaca dari BMKG serta memonitor kajian risiko bencana melalui inaRisk BNPB. (*)