Mengkhawatirkan! Tak Hanya Teluk Jakarta, Kini Giliran Sungai Cisadane Tercemar Limbah Hingga Air Berubah Merah Pekat

Minggu 03 Okt 2021, 11:49 WIB
Aliran sungai Cisadane tercemar limbah industri pabrik. (foto: tangkapan layar video)

Aliran sungai Cisadane tercemar limbah industri pabrik. (foto: tangkapan layar video)

TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Sebuah video diduga telah terjadi pencemaran lingkungan di aliran sungai Cisadane viral di media sosial.

Dalam video yang beredar, tampak jelas aliran sungai Cisadane tercemar limbah hingga berubah warna menjadi merah pekat.

Berdasarkan keterangan video sungai Cisadane tercemar yang viral tersebut diketahui diabadikan oleh seorang warga yang tengah memancing di wilayah Cisauk, Kota Tangerang Selatan.

Adapun dugaan sementara, pencemaran sungai Cisadane hingga air berubah warna menjadi merah pekat akibat limbah industri pabrik yang berada di sekitar lokasi.

"Pencemaran Kali Cisadane, tolong pemerintah setempat diperhatikan, ini ya dari pabrik pengolahan plastik membuang limbah berwarna merah kaya begini nih," sebut warga sembari merekam limbah tersebut.

Menyikap viralnya video in, Kadis Lingkungan Hidup Kota Tangerang tidak berkilah atas kejadian tersebut. Pihaknya juga langsung menyikapi hal ini.

"Petugas gabungan sudah di lapangan, mengecek langsung kebenarannya seperti apa," ungkapnya.

Sebelumnya, kabar mengenai tercemarnya lingkungan perairan juga terjadi di Teluk Jakarta dan Ancol yang diduga telah tercemar paracetamol.

Hasil penelitian LIPI menyebutkan wilayah Teluk Jakarta dan Ancol tercemar limbah berupa paracetamol dengan konsentrat tinggi. Pengambilan sampel pada air laut pun, dilakukan sebagai penguat penelitian. 

Adalah Wulan Koagouw peneliti Oseanografi LIPI bersama beberapa peneliti lainnya , yang membuktikan adanya pencemaran limbah laut tersebut. 

"Di sini kami mendeteksi parasetamol di dua lokasi di Teluk Jakarta: Angke dan Ancol. Sepengetahuan kami, tingkat parasetamol dilaporkan di sini (610 ng/L terdeteksi di Angke) adalah salah satu konsentrasi tertinggi," ungkap para peneliti.

Berita Terkait
News Update