Berbeda sudut pandang akan hajatan ini terjadi di antara politisi ibukota. Baik DPRDDKI maupun Gubernur DKI.
Interpelasi pun digulirkan para koalisi politi diKebun Sirih kepada orang nomor satu di DKI. Gubernur DKI, Anies Baswedan pun membela diri.
Ia tetap yakin penyelenggaraan Formula E dapat menggerakkan ekonomi Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya.
Saking yakinnya Anies pun mengeluarkan Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 49 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Isu Prioritas Daerah Tahun 2021-2022 untuk menyelenggarakan ajang balap mobil listrik kursi tunggal ini menjadi program prioritas.
Namun alasan yang disampaikan Anies tampaknya tak cukup kuat untuk meyakinkan beberapa legislator daerah yang dipimpin Ketua DPRD DKI, Prasetyo Edi Marsudi.
Politisi PDI Perjuangan ini tak mau kalah menyatakan alasan penolakannya.
Meski diakui Prasetyo penolakan itu yang disampaikan bersifat pribadi bukan lembaga, ia meminta Anies mengkaji ulang rencana pagelaran balapan tersebut.
Pras, sapaan karibnya, mengatakan prioritas anggaran DKI Jakarta telah diarahkan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, pendapatan asli daerah atau PAD belum terealisasi optimal. Dari kaca mata penulis kedua alasan petinggi di Jakarta ini memang tidak ada salahnya.
Di satu sisi berkaca dari perhelatan yang digelar di negara lainnya, mungkin kita sama-sama meyakinkan bahwa adanya event besar setelah pandemi Covid-19 terkendali dapat menjadi stimulus perbaikan ekonomi dan meyakinkan dunia bahwa Jakarta yang merupakan berandanya Indonesia telah mampu keluar dari lingkaran wabah mematikan ini.
Sedangkan di sisi lain, tentu saja keuangan yang dimiliki Jakarta bahkan Indonesia tidaklah bisa dibandingkan dengan negara-negara yang telah berstatus negara tajir.
Sehingga wajar bila dianggap anggaran yang dikeluarkan untuk ajang Formula E dinilai lebih bermafaat dialokasikan untuk kebutuhan warga yang lebih penting setelah kehidupannya megap-megap digerogoti virus Corona.