Presiden: Indonesia Dukung Pengurangan 30 Persen Emisi Metana di 2030

Sabtu 18 Sep 2021, 12:12 WIB
Joko Widodo saat menghadiri pertemuan MEF. (biro pers)

Joko Widodo saat menghadiri pertemuan MEF. (biro pers)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID  - Pemerintah Indonesia mendukung terhadap Global Methane Pledge atau ikrar aksi bersama yang bertujuan mengurangi 30 persen emisi metana global pada tahun 2030.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat menghadiri pertemuan Major Economies Forum (MEF) on Energy and Climate 2021 melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat malam (17/9/2021).

Presiden menyebut, Global Methane Pledge dapat menjadi momentum penguatan kemitraan dalam mendukung kapasitas negara berkembang.

"Bersama Amerika Serikat dan 45 negara lainnya, Indonesia juga telah bergabung dalam Global Methane Initiative. Pengurangan emisi metana telah masuk dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia,” tandasnya.

Selain itu, Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia telah menargetkan netral karbon _(Net Zero)_ pada tahun 2060 dengan kawasan percontohan yang masih terus dikembangkan.

 “Termasuk pembangunan Green Industrial Park seluas 20 ribu hektare, terbesar di dunia, di Kalimantan Utara,” ungkap Presiden.

Presiden menyampaikan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam menghadapi situasi darurat tersebut. Dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan transformasi menuju energi baru dan terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau pada bulan Agustus lalu.

“Untuk mewujudkan transformasi ini, kami telah menyusun strategi peralihan pembangkit listrik dari batu bara ke energi baru terbarukan, mempercepat pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan yang didukung pelaksanaan efisiensi energi, meningkatkan penggunaan biofuels, dan mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik,” tuturnya.

Terkait transisi energi, Presiden menuturkan bahwa kemitraan global sangat diperlukan karena transisi energi bagi negara berkembang membutuhkan pembiayaan dan teknologi yang terjangkau.

"Kami membuka peluang kerja sama dan investasi bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, kendaraan listrik, teknologi carbon, capture, and storage, energi hidrogen, kawasan industri hijau, dan pasar karbon Indonesia,” imbuhnya.

Pertemuan MEF ini dihadiri 10 kepala pemerintahan, termasuk di antaranya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, juga Presiden Komisi Eropa, Presiden Dewan Eropa, serta Sekretaris Jenderal PBB.

News Update