Ternyata jawab emaknya angin-anginan. “Itu memang pelumas bukan untuk mesin mobil atau motor, tapi terpedo.” Katanya sambil ngeloyor pergi, dia sungkan melihat wajah anaknya.
Walhasil manfaat pelumas dalam kamar ibunya itu tetap menjadi misteri, karena sang ibu tak mau menjawab lugas.
Mau bertanya secara lebih serius dan detil, takutnya malah dianggap interpelasi. Mending kalau diajak makan malam dulu di restoran.
Tapi karena terus dihantui rasa penasaran, dia bertanya pada ibu-ibu temannya bermain WA.
Ternyata diberi penjelasan, bahwa terpedo itu bukan alat dalam kapal perang, tapi “terpedo” kaum lelaki.
Dari situ Ratih baru paham. Rupanya sang ibu suka memasukkan lelaki ke kamarnya.
Maklum, ibunya sudah janda. Tapi siapa ya lelaki tetangga yang suka menyatroni emaknya?
Tiba-tiba ketika dia pulang kantor lebih cepat dari biasanya, dia mendapatkan jawabannya.
Sore itu dia memergoki ibunya tengah berhoho-hihi justru dengan lelaki yang tak lain adalah Sarwono suami sendiri.
Namun demikian Ratih hanya banting pintu sambil bilang, “Kono diterus-teruske, padha edan kabeh (silakan dilanjutkan, pada gila semua).”
Ratih langsung mengemasi pakaian seperlunya, dan mengajak kedua anaknya untuk pindah tempat, mengungsikan hatinya yang terluka.
Dengar suami selingkuh, pastilah luka dalam di hatinya.