Padukan Potensi Alam dan Sumber Daya Manusia, Desa Ketapanrame Banjir Wisatawan

Rabu 08 Sep 2021, 13:31 WIB
Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame, Mojokerto, Jawa Timur yang dikembangkan warga desa untuk menarik kunjungan wisatawan. (ist)

Taman Ghanjaran di Desa Ketapanrame, Mojokerto, Jawa Timur yang dikembangkan warga desa untuk menarik kunjungan wisatawan. (ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Lebih kurang enam tahun lalu, Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur sama sekali tak dikenal masyarakat luas.

Wilayah desa yang terdiri dari tiga dusun, yakni Dusun Ketapanrame, Dusun Sukorame, Dusun Slepi ini belakangan menjadi perbincangan publik, termasuk viral di media sosial. Ini setelah adanya Taman Ghanjaran yang menjadi obyek wisata baru di Jawa Timur. 

Rupanya di balik pembuatan Taman Ghanjaran yang instagramable itu punya cerita menarik. Obyek wisata ini dibangun dari hasil perpaduan potensi alam dan warga setempat. Bahkan, warga desa bahu membahu mengembangkan Taman Ghanjaran ini dengan uang, tenaga, dan pikiran sendiri di awal badai pandemi Covid-19.

Desa Ketapanrame memang memiliki geografis yang cocok untuk dijadikan obyek wisata. Desa seluas 345.460 hektar ini berada di ketinggian 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Menariknya, desa ini diapit oleh Gunung Welirang dan Gunung Penanggunan. 

Warga desanya dikenal rajin bekerja, baik di sawah dan ladang, maupun perkantoran pemerintah dan swasta. Dari dua potensi ini lah, Kepala Desa H Zainul Arifin SE punya ide untuk memadukannya dengan membangun Taman Ghanjaran. Hasilnya, desa ini dibanjiri wisatawan. Beragam prestasi ikut disematkan di desa ini. Desanya maju, ekonomi masyarakatnya pun meningkat.

“Saya hanya mencoba memadukan potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di desa ini. Warga desa ini dikenal sangat rajin bekerja baik itu di sawah di ladang, sawah maupun pegawai negeri dan swasta,” ujar Zainul saat dihubungi poskota.co.id beberapa waktu lalu. 

 

Sumber daya alam berupa pegunungan, persawahan dan sumber mata air menjadi modal Desa Ketapanrame mengembangkan potensi wisata di wilayahnya. (ist)

Desa Ketapanrame memiliki alokasi dana desa (ADD) Rp 475 juta dan dana desa (DD) sebesar Rp 760 juta. Ditambah PAD sekitar Rp 256 juta dan BHPR (Bagi Hasil Pajak dan Retribusi) sekitar Rp 355 juta, sehingga total anggaran tahun 2020 sebesar Rp 1,8 miliar. Tahun sebelumnya nilainya sekitar Rp2,1 miliar, namun ada beberapa pos anggaran yang tidak muncul lagi di tahun anggaran 2020.

30.000 Wisatawan Per Bulan

Zainul Arifin menceritakan kemajuan desanya tidak lepas dari adanya peran pemerintah dan swasta. Di mulai pada tahun 2015, di mana dalam pengembangannya Desa Ketapanrame mendapat bimbingan dari Universitas Surabaya (Ubaya). 

“Selang tiga tahun kemudian Astra masuk ke desa kami. Dari binaan Astra banyak hal yang didapat, termasuk melengkapi kebutuhan SDM maupun sisi finansial sarana dan prasarana yang sebelumnya belum nampak. Terutama untuk mewujudkan desa wisata,” imbuh Zainul.

Manfaat pendampingan dari Astra dikatakan Zainul mulai terasa dengan mulai berdatangannya wisatawan ke Desa Ketapanrame. “Saat itu hampir sekitar 1.000 sampai 5.000 wisatawan setiap bulannya berkunjung ke desa kami,” tandas Zainul.

Berita Terkait

5.383 Warga Jadi Korban Banjir Ketapang

Jumat 10 Sep 2021, 15:17 WIB
undefined
News Update