MOBIL rusak, penyok, cat pudar, mesinnya pun ngadat. Tapi, semua itu nggak masalah.
Bawa saja ke bengkel, serahkan ke ahlinya, dalam waktu singkat, sebulan atau paling lama dua bulan?
Kayaknya sudah oke lagi tuh. Cat baru mengkilat, mesin tokcer. Masukan konci kontak, putar, injak gas, jalan, deh!
Apakah setelah jalan, lancar, yang mau naik protes. Saya nggak mau naik ini mobil. Sebulan yang lalu rusak parah.
Saya nggak mau naik mobil yang pernah rusak. Nanti saya ikutan rusak! Begitukah?
Kayaknya nggak ada yang mempersoalkan. Yang ada, para penumpang, nyaman-nyaman aja.
Itu tadi soal barang, mobil. Orang nggak bakalan peduli, dulunya siapa? Ini sekadar ilustrasi. Coba kalau itu manusia.
Dia pernah menjadi orang baik, tapi kejeblos pada perbuatan kriminal. Apa sajalah, mencuri melakukan kejahatan seksual. Lalu dipenjara.
Habislah semua kebaikan yang dia miliki. Seperti kata pepatah, ‘panas setahun akan sirna hanya karena hujan sehari’.
Begitu pula dengan perbuatan manusia. Seseorang bersalah, dipenjara.
Munurut hakim atas kesalahannya itu dia dihukum sekian tahun. Tapi, bagi masyarakat luas, hukuman seberapa pun beratnya tak mampu menghapus kesalahannya tersebut.