Awalnya Kirmanto tidak mau, takut tidak adil. Sebab dalam Qur’an surah An Nisa ayat 3 penekanannya memang ke situ.
Kawinilah satu istri sampai empat jika mampu, jika tidak cukup satu istri.
Kirmanto benar-benar takut jika tak bisa adil. Kalau soal onderdil pastilah bisa, tapi materil?
Ustadz kondang tingkat Aa Gim saja akhirnya menyerah cukup satu istri, apa lagi cuma Aa Kirmanto pemilik sejuta syahwat.
Ternyata Fatimah tak sekedar menyarankan, tapi diam-diam mencari tokoh alternatip yang siap mendampingi Kirmanto.
Dia adalah janda Umi, 33, yang masih keluarga sendiri.
Tapi dia masih parikan juga. “Bener nih Bude? Takutnya saya sudah pesen baju putih dan celana panjang hitam, tahu-tahu diganti orang lain," kata Umi sangat kritis dan serius.
Tentu saja Fatimah langsung memotong, “Ini bukan soal Cawapres, goblok!”
Umi pun diajak main ke rumah dan diperkenalkan pada suaminya.
Melihat wajah Umi yang masih orsinil dan bodinya kaleng semua, pada akhirnya Kirmanto langsung setuju.
Dia pun juga “terpaksa” siap menjamin dua dapur sekaligus.
Kini Kirmanto mulai mengurus surat moden N-2 untuk nikah lagi.