ADVERTISEMENT

Seorang Pegawai KPI Pusat Mengaku Alami Pelecehan Seksual dan Perundungan dari Rekan Kerjanya

Kamis, 2 September 2021 11:14 WIB

Share
Ilustrasi pelecehan seksual.(dok)
Ilustrasi pelecehan seksual.(dok)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA. CO.ID  - Seorang pria yang merupakan pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengaku menjadi korban pelecehan seksual dan perundungan yang dilakukan oleh sesama karyawan KPI.

Korban yang mengaku kejadian yang dialaminya itu dilakukan oleh sejumlah rekan kerjanya yang juga seorang pria terjadi sejak tahun 2012 silam. Bahkan ia mengaku pernah ditelanjangi serta dilecehkan di area kemaluannya dan memfoto perbuatan tersebut.

"Pelecehan seksual dan perundungan tersebut mengubah pola mental, menjadikan saya stress dan merasa hina, saya trauma berat tapi mau tak mau harus bertahan demi mencari nafkah, harus begini bangetkah dunia kerja di KPI? Di Jakarta?, " kata korban dalam keterangan tertulisnya yang Poskota.co.id terima, Kamis (2/9/2021).

Imbas kejadian tragis yang dialaminya itu, korban mengaku kerap berteriak sendiri karena merasa tertekan. Penelanjangan dan pelecehan itu dianggapnya begitu membekas pada dirinya.

Karena jumlah pelaku yang lebih dari 3, korban menyebut tidak sanggup melawan karena menyadari dirinya kalah jumlah dan sempat mengalami stress imbas kejadian tersebut.

"Saya bertahan di KPI demi gaji untuk istri, ibu dan anak saya tercinta," sebutnya.

Selain itu korban juga mengaku kerap mendapat perlakuan tidak pantas dengan cara diperintah untuk membeli makanan dan mendapat intimidasi. Padahal kedudukan di KPI Pusat antara ia dan sejumlah rekannya itu setara dan bukan tugasnya melayani sesama rekan kerja.

Korban menjelaskan, kejadian itu terjadi secara berulang ulang. Perlakuan seperti memaki, memukul, dan merundung tanpa bisa korban melawannya karena kalah jumlah.

"Tapi mereka secara bersama sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh, perendahan martabat saya dilakukan terus menerus dan berulang sehingga saya tertekan dan hancur," ucapnya.

Akibat rentetan kejadian nahas itu, korban pun mengaku kerap jadi sakit karena stress memikirkan hal tersebut. Bahkan keluarganya itu sering merasa sedih karena korban menyebut dirinya kerap membanting meja apabila mengingat kejadian memilukan itu.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT