Sistem ganjil genap selain untuk mengurai kemacetan, mengurangi kepadatan lalu lintas, juga menekan mobilitas penduduk sebagai bagian dari upaya menekan laju penyebaran Covid-19.
Begitu juga kartu vaksin yang diberlakukan bagi warga yang hendak masuk Jakarta dengan angkutan massal seperti Commuter Line (KRL) adalah bagian dari pengendalian virus corona.
Kita tahu, warga non DKI yang beraktivitas di ibu kota (karena bekerja atau kegiatan sosial ekonomi lainnya) setiap harinya mencapai jutaan orang.
Yang menggunakan KRL saja setiap harinya di atas 375 ribu orang, ini di masa pandemi (Februari - Maret 2021).
Belum lagi dengan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) serta angkutan umum lainnya.
Berkaca pada lonjakan kasus Covid -19, pasca-lebaran di Jabodetabek, utamanya di Jakarta hingga mencapai puncaknya di atas 12 ribu orang per hari pada pertengahan Juli lalu, maka perlu langkah bersama mencegah terulangnya lonjakan kasus baru.
Kegiatan ekonomi sebagai upaya pemulihan harus terus didorong dan difasilitasi oleh masing-masing pemda/pemkot di Jabodetabek.
Tetapi, upaya menekan kasus Covid, harus terus ditingkatkan.
Membatasi orang keluar masuk Jabodetabek tanpa alasan yang jelas, bisa dianggap mengada-ada, mengingat kartu vaksin sudah berlaku umum.
Naik KRL, masuk mall, wajib menunjukkan kartu vaksin.
Jika kartu vaksin menjadi sebuah rujukan, maka peningkatan dan pemerataan vaksinasi di Jabodetabek menjadi prioritas, begitu pula di wilayah aglomerasi lainnya. (jokles)