JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – PAM Jaya menargetkan di tahun 2030 seluruh warga Jakarta telah terlayani air pipa. Berbagai langkah dilakukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov DKI untuk mewujudkan hal tersebut.
Dirut PAM Jaya, Prayitno Bambang Hernowo, mengungkapkan langkah langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu menambah jaringan pipa, menyiapkan pasokan air baku, mengurangi kebocoran dan memberikan edukasi kepada warga untuk berhemat air dan tidak menggunakan air tanah.
Adapun sebagai informasi saat ini baru sebanyak 64 persen warga Jakarta yang terlayani air pipa. “Sisanya 36 persen kita targetkan akan terlayani air pipa pada tahun 2030,” ujar Prayitno diskusi virtual Balkoters Talk Pelayanan Merata Air Minum Jakarta.
Selain empat langkah tersebut hal lain yang perlu dilakukan ialah dengan mengurangi tingkat kebocoran yang hingga kini masih mencapai 44 persen. Meski untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan dana yang tidak murah.
Dari perhitungan yang dilakukan Prayitno mengungkapkan untuk mengurangi tingkat kebocoran dari 44 persen ke 26 persen diperlukandana sekitar Rp7 triliun. “Sedangkan untuk sampai di tahun 2030 hingga seluruh warga Jakarta terlayani air pipa dibutuhkan dana investasi sekitar Rp 27 triliun sampai Rp30 triliun,” imbuhnya.
Dana tersebut salah satunya diperuntukkan untuk membangun jaringan pipa dari Jatiluhur dan Karian yang ditaksir akan menghabiskan dana investasi antara Rp12 triliun sampai Rp 13 triliun demi memenuhi kebutuhan air baku.
“Dengan adanya jaringan tersebut kita akan memperoleh suplai air baku sebanyak 7.500 liter perdetik. Jumlah volume air baku tersebut cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga,” terangnya.
Kendati demikian Prayitno mengaku optimis seluruh target tersebut akan terealisasi. Mengingat di tahun 2023 seluruh pengelolaan pengolahan air bersih akan seluruhnya kembali ke tangan PAM Jaya dengan berakhirnya kontrak kerjasama dengan dua operator swasta. Yakni Aetra dan Palyja.
Sementara itu Kepala Seksi Perencanaan Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Elisabeth Tarigan, menyebutkan bahwa kebutuhan air bersih di Jakarta adalah 32.865 liter per detik (lps), sementara saat ini hanya bisa disediakan 20.725 liter per detik dengan kebocoran (non revenue water/NRW 44 persen).
"Jadi ada gap 36 persen dengan kebutuhan tambahan pasokan air 12.140 liter per detik. Lalu diinginkan ada penghematan kebocoran agar bisa mencapai angka 26 persen saja," ucap Elisabeth.
Guna mencapai target tersebut, Elisabeth menyebutkan bahwa Pemprov DKI Jakarta memiliki strategi internal dan regional dalam pemenuhan kebutuhan air bersih perpipaan.
Untuk strategi regional, Elisabeth meneangkan bahwa DKI akan memaksimalkan kapasitas suplai air dari SPAM Jatiluhur 1 Hulu (4.000 lps), SPAM Djuanda Hulu (3.500 lps), SPAM Karian Hulu (3.200 lps), SPAM Pesanggrahan (750 lps), Spam Komunal Tersebar (200 lps), serta penurunan NRW dari 44 persen menjadi 26 persen.
"Kemudian dilakukan inisiatif regional hulu di Buaran-III (3.000 lps), Uprating Buaran I-II (1.000 lps), SPAM Ciliwung (200 lps). Lalu inisiatif regional hilir yakni transmisi SPAM Jatiluhur 1 (1.126 km), dan transmisi SPAM Karian Hilir (907 km)," ujar dia.
Sementara untuk strategi internal dalam pemenuhan kebutuhan air bersih perpipaan bagi masyarakat, DKI melakukan upaya efisiensi pemakaian air; pengurangan NRW; pemanfaatan air permukaan (waduk, situ dan lainnya); desalinasi air laut (SWRO); Instalasi Pengolahan Air (IPA) mobile, kios air dan mobil tangki; pemanfaatan efluen air IPAL; hingga perlindungan daerah tangkapan air.
"DSDA telah membangun 7 buah IPA SWRO di 7 Pulau utama (2018 - 2019), kemudian 2 IPA (2020) untuk mendukung penyaluran air ke Kios Air, mengoperasikan 5 buah BWRO di daerah Utara dan Barat Jakarta serta Kepulauan 1000 yang berfungsi sebagai sumber air bersih, serta mengoperasikan IPA Mobile, Mobil Tangki dan Kios Air sebagai sumber air bersih pada daerah krisis air bersih," ujarnya.