Setelah menyandang status duda, dia segera menagih kesiapan Ayin tapi ternyata belum dilaksanakan juga. Bak anggota DPRD DKI, Sudrajat pun menyampaikan interpelasi atau hak bertanya.
Bedanya adalah, bila Sudrajat kompak antara sikap lahir dan sikap batinya, sedangkan DPRD DKI tidak kompak.
Anggota fraksi PDIP itu ada 25 orang, tapi yang mau niru langkah PSI hanya 5 orang. Yang lain kumahak?
Kenapa Ayin ingkar janji? Dia merasa bingung memilih antara benggol dan bonggol. Jika urusan bonggol, Sudrajat sangat menjanjikan karena telah membuktikan.
Tapi urusan benggol, nanti dulu. Secara ekonomi, suami Ayin jauh lebih mapan. Dia tidak siap jika nantinya jadi bini Sudrajat, kebiasaan makan ayam ingkung berubah harus makan kangkung.
Ketika menginterpelasi Ayin yang wanpretasi, Sudrajat meyakinkan bahwa di dalam dadanya hanya ada Ayin, sampingnya sih memang ada jantung, paru-paru.
Tapi paru-parunya kurang sehat, karena kebanyakan mikirin bini orang! Karena sepertinya Ayin ragu, dia menunjuk golok seraya berkata, “Ambil sebilah golok, belah saja dadaku!” Benar-benar mirip lirik lagu “Pertemuan Adam-Hawa”.
Meski sudah diambilkan golok dan diserahkan Ayin untuk membelah dadanya, si Ayin hanya diam saja.
Lama-lama hilang kesabaran Sudrajat, sehingga golok itu lalu disabetkan ke leher Ayin hingga bak ayam dipotong.
Untung ditolong warga dan dilarikan ke RS, sementara Sudrajat yang mencoba kabur berhasil ditangkap pula.
Dalam pemeriksaan Sudrajat mengakui, dia sudah kadung menceraikan bininya, kok Ayin sama sekali tak memenuhi janji.
Repot kan, mau cari cewek lain lagi, belum tentu ada yang mau dengan dirinya, yang memang golekmah alias golongan ekonomi lemah.
Lemah di ekonomi, tapi kan kuat di syahwati. (GTS)