ADVERTISEMENT

Ada Lomba Mural Unik! Mural Peserta yang Paling Cepat Dihapus Aparat, Dia Pemenangnya

Rabu, 25 Agustus 2021 20:38 WIB

Share
Mural diduga mirip Presiden RI di Jalan Pembangunan 1, Kelurahan Batujaya, Kecamatan Karawaci. (foto: iqbal)
Mural diduga mirip Presiden RI di Jalan Pembangunan 1, Kelurahan Batujaya, Kecamatan Karawaci. (foto: iqbal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

YOGYAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Beberapa hari terakhir sedang marak mural didinding bertuliskan kritikan terhadap pemerintah yang dihapus oleh aparat.

Dengan seringnya terjadi hal tersebut, maka kini justru aksi ‘Gejayan Memanggil’ mengajak para pelaku seni untuk mengikuti lomba membuat mural.

Menurut Humas lomba mural "Gejayan Memanggil", yakni Mimin Muralis karya mural yang banyak dihapus oleh penguasa merupakan sesuatu yang salah karena mural atau gambar suatu kebudayaan yang sudah ada sejak manusia masih berusia anak-anak.

“Coret-coretan di tembok merupakan cara-cara ketika kebebasan bersuara terbatas dan sekarang coretan itu malah dibatasi,” kata Mimin pada Selasa (24/8/2021).

Mimin mengatakan bahwa saat ini yang terjadi adalah banyak generasi yang tertekan karena kebijakan pemerintah dalam upaya menangani pandemi yang dianggap terlalu otoriter.

Lebih lanjut, Mimin mengungkapkan seharusnya pemerintah bisa mengapresiasi banyaknya mural yang ada didinding yang ada di beberapa daerah seperti yang ada di Eropa, bukannya justru menghapus gambar tersebut.

“Kita lihat negara-negara Eropa dalam mereformasi politiknya dan negara-negara post kolonial yang merdeka, mereka banyak bertebaran mural-mural yang sifatnya membangun meskipun itu dianggap kritis dan mengancam para politisi,” ucapnya menambahkan.

Di beberapa negara lain, mural digunakan sebagai suatu seni yang bisa dijadikan sebagai daya tarik wisatawan. Namun, di Indonesia sendiri Mimin mempertanyakan mengapa justru dianggap sebagai suatu yang criminal sampai harus dihapus.

Sementara itu banyaknya baliho di jalan yang dianggap Minim sebagai sampah visual malah dinilai sebagai representasi suara rakyat.

“Padahal itu suara oligarki yang punya uang untuk menyewa papan reklame dan memprinting spanduk banner yang merusak pemandangan kita secara estetik dan politik,” kata dia.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT