JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sudah 12 tahun berdiri, akhirnya kini memiliki Command Center yang merupakan big single data, yang bisa memastikan daerah asal, negara penempatan, sektor pekerjaan, nama dan alamat user, serta hak-hak yang seharusnya diterima oleh para PMI.
Peluncuran Command Center digelar di Aula KH. Abdurrahman Wahid BP2MI, Selasa (24/8/2021).
Kepala BP2MI, Benny Rhamdani mengatakan, Command Center Sebagai kado kemerdekaan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Sebab, di pelosok dunia mana pun pihak BP2MI akan bisa melacak keberada para PMI.
Command Center ini juga telah mengalami penguatan sistem, baik fitur, aplikasi, bahkan artificial intelligence, dimana pergerakan algoritma yang dimiliki, mampu mendeteksi hal-hal yang dibutuhkan oleh BP2MI.
Sistem yang dimiliki oleh Command Center ini juga diketahui telah terkoneksi dengan 1.400 Kementerian dan Lembaga, Pemerintah Provinsi, Kabupaten Kota, Perusahan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI), Perguruan Tinggi, Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), serta stakeholder lainnya.
Benny menyatakan hadirnya single big data, bertujuan untuk memecah permasalah perbedaan data yang kerap terjadi di institusi pemerintahan.
"Problem BP2MI, demikian juga dengan institusi pemerintahan di negara kita, terkait data selalu menjadi masalah yang sangat serius. Terkait PMI misalnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengklaim data pekerja kita, berjumlah 4,5 juta. Kementerian Ketenagarjaan (Kemnaker) mengklaim, pekerja migran kita berjumlah 5 juta. BP2MI, mencatat secara resmi, bahwa pekerja migran kita sebanyak 4,2 juta yang berada di kurang lebih 150 negara penempatan," tegas Benny.
Benny mengatakan, hadirnya Command Center ini diharapkan dapat meningkatkan pelindungan negara kepada PMI.
"Kita ingin memastikan setiap anak bangsa, Pekerja Migran Indonesia, benar-benar dilindungi oleh negara. Dan hari ini kita ingin membuktikan, bahwa negara hadir memberikan pelindungan dari ujung rambut sampai ujung kaki kepada para PMI," ucapnya.
Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri, Andy Rachmianto, memuji peluncuran Command Center ini, sebagai langkah inovatif dari BP2MI.