DKI Jakarta tak lagi masuk zona merah risiko penularan virus corona (Covid-19). Bahkan, seperti dikatakan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria, Jakarta sudah menjadi zona hijau. Tidak itu saja, herd immunity (kekebalan kelompok) sudah tercipta di DKI Jakarta.
Pernyataan itu didasarkan atas penelusuran perkembangan kasus Covid belakangan ini. Data menyebutkan penambahan kasus positif terus menurun. Pada 21 Agustus 2021, kasus baru tercatat 891.
Hari berikutnya, menurun menjadi 702 kasus.
Pada Senin (23/8/2021), turun lagi menjadi 485 kasus. Ini angka terendah selama kurun waktu 3 bulan terakhir.
Angka kesembuhan terus meningkat sehingga kasus aktif (pasien Covid yang masih dalam perawatan untuk penyembuhan baik di rumah sakit rujukan maupun isolasi mandiri) kian menurun.
Terciptanya kekebalan kelompok didasarkan kepada jumlah warga yang sudah menerima vaksin sebanyak 9 juta orang.
Target akan ditingkatkan menjadi 11 juta, mengingat banyak warga luar Jakarta (non DKI) yang ikut mendatangi sentra vaksin di ibu kota. Jumlahnya sekitar 40 persen.
Menggenjot vaksinasi, mengupayakan mayoritas penduduk menerima vaksin, apalagi sampai 90 persen, tentu lebih baik, karena kekebalan kelompok akan lebih banyak tercipta.
Di sisi lain, terciptanya kekebalan kelompok setelah penduduk menerima vaksin, menjadi satu syarat sebuah wilayah (negara) dapat hidup berdampingan dengan virus corona. Ini, jika, Covid -19 tidak lagi dianggap sebagai pandemi, tetapi endemi, yakni penyakit menular musiman sebagaimana influenza atau deman berdarah.
Sejumlah negara sedang merumuskan panduan hidup di era normal baru dengan harapan virus corona akan menjadi endemik seperti penyakit influenza dan lainnya. Bukan pandemi seperti sekarang ini.
Sebut saja Singapura, Australia, Inggris, Australia, AS, dan sejumlah negara di Eropa sedang menyusun panduan ( road map) bagaimana bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.
Karena Covid bukan lagi pandemi, boleh jadi nantinya tak ada kebijakan lockdown, karantina dan semacamnya.
.jpg)
