JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengeluhkan sepinya pengunjung terlebih sejak adanya penerapan syarat sertifikat vaksinasi kepada para pengunjung pasar.
Yoga (22) salah satu pedagang pakaian atasan khusus wanita menyebut, penerapan sertifikat vaksinasi itu secara langsung berdampak pada penjualannya sehari hari sejak dibukanya kembali Pasar Tanah Abang bulan Juli 2021 lalu.
“Untuk dampak ke pedagang, semua pasti ngerasain hal yang sama. Apalagi pas ada syarat kartu vaksin ini, untuk pengunjung pasti berpengaruh,” ujar Yoga ketika ditemui Poskota di kios daganganya Blok B Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat, Senin (23/8/2021).
Lanjut Yoga, akibatnya ia pun mengalami penurunan omset lumayan drastis yakni mencapai 50 persen.
Hal itu diakuinya kian diperparah ketika penerapan syarat vaksin mulai diberlakukan pada 26 Juli 2021 lalu.
"Sebelum penerapan ini (vaksin) aja sudah ada penurunan, ini sekarang tambah lagi sampai setengahnya," keluhnya.
Selain itu, ia pun mengaku meminta sedikit keringanan terkait iuran biaya pelayanan seperti listrik,kebersihan dan perawatan gedung kepada pihak pengelola Pasar Tanah Abang.
Yoga mengutarakan, adapun iuran itu di tiap tiap kios berbeda jumlah nominalnya.
Hal tersebut dibedakan dari ukuran kios tiap para pedagang di masing masing blok.
"Kalau lagi sepi ini berasa juga sih ya. Soalnya pembeli juga sepi, ya paling engga bisa ada keringanan dari pihak pengelola untuk iuran service charge," sebutnya.
Sementara itu, hal senada juga disebutkan oleh Yeyen (25) pedagang pakaian muslim itu menyebut tak jarang ia sama sekali tidak mendapatkan pembeli pada masa PPKM ini.
Ia juga turut mengkritisi penerapan kebijakan vaksinasi bagi tiap pengunjung yang hendak memasuki kawasan Blok A dan Blok B Pasar Tanah Abang.
"Kayaknya orang orang pada males juga kemana mana. Soalnya sejak penerapan vaksin mulai dari stasiun, halte Transjakarta itu kan juga diterapkan kartu vaksin, ditambah di sini (Pasar Tanah Abang)," keluhnya.
Penurunan daya beli masyarakat khususnya di kios daganganya, diperkirakan Yeyen turun hampir 95 persen dari biasanya.
Ia bersama pedagang mengaku pasrah dengan kebijakan yang diambil pada saat ini. "Kadang gak laris. Kami yang buka toko itu untung-untungan doang. Kadang ada pengunjung nanya doang tapi beli enggak,” ujar Yeyen. (cr-05)