RUPANYA Kodyat, 21, baru pertama kalinya punya pacar, sehingga belum tahu liku-liku wanita. Dia merasa kaget karena pacaran dengan Dewi, 20, baru 4 bulan kok dia ngaku sudah hamil 6 bulan. Tersinggung hanya dijadikan “generasi penerus”, Dewi pun dicekik di kamar hotel sampai wasalam.
Anak muda era milenial maunya serba cepat macam mie instan. Baru punya pacar, dianggapnya doi sudah menjadi istrinya lalu digauli berulang kali. Giliran kekasih hamil, jadi bingung bagaimana harus bertanggungjawab. Ketimbang jadi bapak belum ada persiapan, enak saja dia lari dari kenyataan. Bukan hanya ditinggal kabur, tapi doi dibunuhnya. Sekarang banyak sekali lelaki cemen model begini.
Salah satunya Kodyat, warga Gajah, Kabupaten Demak (Jateng). Sesuai dengan domisilinya, nafsu anak muda ini juga segede gajah. Melihat kekasihnya yang cantik dan montok, bawaannya kepengin kelon saja. Padahal menurut ajaran agama apapun, tak bolehlah “ngebon” urusan begituan. Harus resmi nikah dulu, baru boleh “mbelah duren” sehari 10 kali juga nggak papa, asal siap pinggang putus!
Tapi semua itu kuncinya juga pada pihak wanita. Jika si doi menolak tak melayani, kegiatan “mbelah duren” sebelum waktunya itu takkan terjadi. Tapi ternyata Dewi memang juga termasuk perempuan doyan, diajak begituan oleh Kodyat, jawabnya singkat saja, “Ya ayoooo....!”
Entah sudah berapa kali Kodyat – Dewi ini berhubungan intim bak suami istri, tahu-tahu Dewi melapor pada Kodyat bahwa dirinya sudah berbadan dua. Berapa bulan? Jawab Dewi enteng saja, “Sudah 6 bulan Mas.” Jika mereka suami istri yang sah, pastilah bersyukur karena segera diberi momongan, dan Allah SWT telah mempercayai Kodyat-Dewi untuk menjadi bapak dan emak.
Tapi karena mereka masih dalam tahap pacaran, tentu saja Kodyat kaget. Lalu dia mencoba mengingat-ingat kurun waktu menjalin asmara itu. Kapan nembak pertama kali, dan kapan pula tembak-tembakan di ranjang. Hasilnya, Kodrat terkejut dua kali. Sebab seingatnya masa pacaran itu baru 4 bulan, kok Dewi mengaku sudah hamil 6 bulan. “Tekor dua bulan dong gue.”
Dia jadi marah dan cemburu, karena itu berarti sebelum dengan dirinya, Dewi sudah punya kekasih yang lain. Kodyat pun semakin sakit hati, karena dirinya ternyata hanya dijadikan “generasi penerus”. Kalau penerus dalam arti pewaris bangsa, masih mending. Ini penerus dalam arti hanya nerusi pekerjaan orang, sungguh memalukan.
Kini Kodyat baru menyadari bahwa dirinya jadi lelaki paling goblok se Kabupaten Demak. Masak jadi cowok milenial tak bisa membedakan mana gadis masih orisinil, mana gadis yang onderdilnya sudah buatan Taiwan. Namun demikian dia tak mau menyalahkan dirinya sendiri, justru dia mau menyalahkan Dewi. Kenapa tidak jujur sedari awal, mengaku bahwa sudah bukan lagi tangan pertama.
Kodyat juga pusing, jika harus mengawini Dewi dalam kondisi belum punya pekerjaan tetap. Karena itulah dia punya rencana besar. Pura-pura siap tanggungjawab, kembali Dewi diajak nginep di hotel dalam rangka “nyepuh” kandungan Dewi, agar si bayi nantinya lebih kuat dan gagah bagaikan Gatutkaca, otot kawat balung wesi, kringet wedang kopi.
Jika orang vaksin tahap I dan II ada jarak minimal sebulan, vaksin model Kodyat itu malam itu langsung dua kali. Ada jeda paling hanya 3 jam. Nah, setelah melayani Kodyat dua kali dalam semalam, Dewi tidur pulas sekali dalam rangka relaksasi. Tanpa disadarinya, dalam kondisi tidur nyenyak itu dia langsung dicekik sampai mati.
Mayat Dewi lalu dibawa pakai mobil dan dibuang ditanggul kali Wulan wilayah Mijen. Esuk harinya ditemukan penduduk dan polisi Polsek Mijen mengadakan penyelidikan. Hasilnya mengarah ke Kodyat. Dia segera ditangkap dan mengakui segala perbuatannya. Karena pembunuhan sudah direncanakan, Kodyat minimal terancam penjara 15 tahun atau bahkan seumur hidup.