Cendekiawan Muslim Dunia, Prof Nuraan Davids Sebut Keharmonisan Beragama di Papua Contoh Positif Komunitas Muslim Indonesia

Kamis 19 Agu 2021, 10:58 WIB
Cendikiawan Muslim Africa Selatan, Prof.Nuraan Davids menyebut Papua adalah wajah toleransi beragama di Indonesia. (foto: tangkapan layar Webinar)

Cendikiawan Muslim Africa Selatan, Prof.Nuraan Davids menyebut Papua adalah wajah toleransi beragama di Indonesia. (foto: tangkapan layar Webinar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Cendekiawan Muslim Afrika Selatan, Prof.Nuraan Davids menilai, negaranya memiliki kesamaan hubungan sejarah dengan Indonesia, dimana banyak imigran yang masuk dari berbagai negara salah satunya dari Indonesia. 

Hal ini disarikan dari webinar internasional bertajuk “Religions Education and the challenge of harmony In papua-indonesia and cape-town-south Africa: A comparison yang menghadirkan tokoh Papua dan cendekiawan Afrika Selatan, Rabu (19/8/2021).

"Sejak masa Apartheid, pendidikan muslim telah berkembang dengan dua jalur, yaitu pendidikan di masjid-masjid dan di sekolah muslim. Perkembangan tersebut terus terjadi di masa Post Apartheid dan masa reformasi," ucapnya.

Ia juga mengapresiasi harmonisasi di Papua. Menurutnya, harmoni di Papua, Komunitas muslim di Afrika Selatan khususnya di Cape Town mengambil contoh positif dari komunitas muslim di Indonesia karena sejarah yang sangat dekat. 

Komunitas Muslim dan Kristen berbaur dengan baik, dan adanya kesadaran untuk menciptakan dialog antar agama. Pernikahan antar agama juga memperkuat ikatan antara agama yang berbeda.

“Pendidikan agama memiliki peran krusial dalam menyediakan jembatan antara identitas seorang muslim dengan seorang warga negara Afrika Selatan. Prinsip-prinsip fiqih kewarganegaraan termasuk keadilan, partisipasi, penghargaan, tanggung jawab dan akuntabilitas, sangat penting untuk menjaga keharmonisan," paparnya. 

Semantara itu, Ketua PWNU Papua Dr. H Toni Wanggai, memgatakan, Islam telah ada di Papua sejak abad 15 melalui interkasi dengan Kerajaan Tidore. Kemudian pada abad 16 terbentuk kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di Raja Ampat. 

Hubungan Islam dan Kristen di Papua sangat harmonis yang berlangsung sejak 200 tahun lalu, dimana Sultan Tidore mengantar misionaris Kristen dari Jerman Otto dan Greisler di Papua, di antaranya menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa daerah.

“Harmoni di pemerintahan Papua juga tergambar dalam istilah 1 tungku 3 batu, dimana 3 batu tersebut merupakan perwakilan islam, Kristen dan katolik," tegas anggota MRP (Majelis Rakyat Papua) tersebut. 

Antropolog Ikhsan Tanggok, menambahkan , toleransi dan harmoni antar agama di Papua terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan institusi Pendidikan seperti sekolah dan universitas.

Papua memiliki tradisi yang kental dengan toleransi, salah satunya adalah Bakar Batu. Tradisi bakar batu memiliki arti yang dalam, yaitu sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan dan symbol dari solidaritas yang kuat.

Berita Terkait

Baju Adat, Siapa yang Nggak Bangga?

Jumat 20 Agu 2021, 06:30 WIB
undefined

Memanah Bukan Lagi Olah Raga Mahal

Rabu 04 Agu 2021, 16:15 WIB
News Update