Pertamina hadir dengan program BBM Satu Harga yang beroperasi sejak Juli 2018 dengan konsumsi rata-rata per bulan mencapai 2 KL untuk Premium dan 4 KL untuk Biosolar.
BBM disuplai dari Terminal BBM Bitung sejauh 274 mil laut menggunakan Kapal Tanker Multi Produk kapasitas 2.000 KL yang menempuh durasi perjalanan 8 hari saat cuaca normal dan 13 hari saat cuaca buruk.
Dengan konsumsi tersebut distribusi BBM dilakukan 2 bulan sekali.
Hal yang sama dirasakan masyarakat di Teluk Tomini yang telah merdeka energi setelah Pertamina membangun BBM Satu Harga di Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una.
Nelayan di wilayah ini, sebelumnya kesulitan BBM, kini bisa bebas melaut di teluk Tomini dan tidak kesulitan lagi mendapatkan BBM.
BBM Satu Harga juga telah mendukung sektor pariwisata yang menjadi unggulan wilayah ini.
Bupati Tojo Una-Una, Muhammad Lahay mengatakan harga BBM di Kepulauan Wakai dan Togean sebelumnya dibeli masyarakat nelayan dengan harga bervariatif.
SPBU terdekat berada di daratan Kota Ampana yang berjarak 2-3 jam menggunakan speed boat atau kapal cepat. Hal ini mengakibatkan harga BBM di wilayah tersebut sebelumnya rata-rata Rp 15.000 per liter.
‘’Dengan hadirnya BBM Satu Harga di daerah kami, secara otomatis sangat membantu masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan,’’ ujar Muhammad Lahay.
BBM Satu Harga juga telah mendorong merdeka energi bagi warga di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara.
Wilayah ini sempat viral pada beberapa tahun lalu dengan ojek termahal di dunia. Untuk ke Masamba, ibu kota Luwu Utara, penduduk Seko harus merogoh kocek Rp 1,5 juta untuk membayar ojek motor.
Motor dipandang sebagai sarana transportasi yang paling mungkin digunakan karena kondisi jalan yang berlumpur dan sering longsor menyulitkan apabila mobil harus melaju di jalanan tersebut.