Kondisi Masyarakat Mudah Tersulut Emosi Dibentuk oleh Media, Lantas Bagaimana Seharusnya?

Rabu 18 Agu 2021, 18:08 WIB
Pengusaha sekaligus penulis Fahd Pahdepie menyampaikan pendapatnya bahwa media tanpa sadar menciptakan masyarakat yang mudah tersulut emosinya, saat peluncuran virtual kembali (reborn) portal berita Inilah, Selasa (17/8/2021). (foto: screenshot/cr07)

Pengusaha sekaligus penulis Fahd Pahdepie menyampaikan pendapatnya bahwa media tanpa sadar menciptakan masyarakat yang mudah tersulut emosinya, saat peluncuran virtual kembali (reborn) portal berita Inilah, Selasa (17/8/2021). (foto: screenshot/cr07)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Cerminan masyarakat dalam sebuah negara kekinian dapat dilihat dari isi media.

Penulis Fahd Pahdepie mengkritisi kondisi masyarakat Indonesia yang mudah marah, tanpa disadari dibentuk oleh media. Dia menyatakan hal ini terbentuk dari jubelan media dengan sajian informasi yang begitu beragam.

Tak jarang informasi yang disampaikan ini termasuk hoaks, fitnah hingga ujaran kebencian. Sehingga hal tersebut kerap membuat masyarakat pusing dan bingung.

"Secara teori disebut media chaos. Berikutnya kita bisa melihat bahwa gara-gara yang berisi informasi ini. Penuh dengan kebencian dan fitnah. Media tanpa sadar menciptakan masyarakat yang mudah tersulut emosinya," ujar Fahd dalam peluncuran virtual kelahiran kembali (reborn) Inilah.com, Selasa (17/8/2021).

Fahd yang saat ini merupakan CEO portal berita tersebut menilai, belakangan media bak menjadi kompor yang memicu masyarakat ribut satu sama lain. Menurutnya hal ini tergambar jelas melalui media sosial.

"Cek di Twitter, Facebook. Isinya berantem semua. Jadi ada logika aku vs kamu. Buzzer vs Kadrun, Cebong vs Kampret. Meskipun even poltik sudah lewat. Tetapi yang tinggal di pikiran masyarakat adalah us vs them," tutur pengusaha yang juga pernah menjadi bakal calon Wali Kota Tangerang Selatan periode 2020-2024.

Fahd menyatakan jika logika semacam ini terus menempel, maka kemungkinan masyarakat Indonesia akan terbelah. Lantas Fahd membeberkan bagaimana peran sebuah media seharusnya.

Menurutnya hal tersebut ialah sebuah ketimpangan dalam struktur masyarakat. Ada perbedaan yang jauh dari banyak aspek.

"Ketimpangan dalam perlakuan di mata hukum misalnya, pendidikan. Satu berpendidikan tinggi, sementara yang lain tidak mendapatkan akses dalam hal ekonomi dan banyak hal," terang mantan tenaga ahli termuda di Kantor Staf Presiden (KSP).

Lebih lanjut, Fahd menjelaskan ketimpangan ini ialah potret yang cerminannya dapat dilihat di media.

Melihat hal ini, Fahd mengeklaim bahwa seharusnya media memiliki peran untuk mendorong masyarakat menjadi lebih baik.

Berita Terkait

News Update