JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Ahli hukum tata negara dan pengamat politik Indonesia, Refly Harun mengungkapkan bahwa mural bertuliskan ‘Tuhan Aku Lapar’ yang beberapa waktu yang lalu sudah dihapus apparat pemerintah setempat dianggap terlalu berlebihan.
Diketahui bahwa mural yang sempat viral di media sosial pada bulan Juli 2021 lalu berada di sebuah tembok yang ada di pinggir Jalan Jalan Aria Wangsakara, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
Refly Harun menilai pemerintah tidak boleh hanya maunya dipuji saja, tetapi mereka juga harus siap untuk mendapat kritikan dari seluruh masyarakatnya jika memang adanya kinerja yang kurang masih tak maksimal.
“Jangan sampai pemerintah dipuji mau tapi dikritik enggak mau. Itu soal substansinya, kebebasan orang nyatakan pendapat lisan, dan tulisan,” ujar Refly Harun sebagaimana dikutip poskota.co.id dalam tayangan video di kanal YouTube tvOneNews pada Kamis (12/8/2021).
Meski begitu, pria berusia 51 tahun itu juga tak ingin berburuk sangka karena bisa saja memang daerah tersebut sudah dilarang diberikan coretan karena alasan lingkungan.
Namun bisa jadi juga bahwa tembok yang ada di wilayah sekitar daerah itu sebenarnya masih boleh dibuatkan mural.
“Harus pastikan dulu kalau tempat itu adalah tempat orang boleh sampaikan pesan, baik pujian atau kritik. Kalau kritik dihapus, pujian tak dihapus nah itu baru berarti ada inkonsistensi, berarti isi pesannya (yang salah),” ucapnya lebih lanjut.
Selain itu, Refly Harun juga sempat mencurigai adanya unsur politik dai balik penghapusan mural di daerah tersebut yang mencakup petugas lapangan atau bahkan petugas partai.
Akan tetapi terlepas dari itu semua Refly Harun tetap membutuhkan penjelasan yang lebih cepat dan akurat dari alasan di balik penghapusan mural tersebut.
Dia mengimbau jangan sampai alasan dibaliknya hanya sekadar subyektifitas yang sama sekali tak mempunyai landasan atau dasar hukum yang jelas. (cr03)