Oleh Guruh Nara Persada, Wartawan Poskota
PANDEMI Covid-19 belum juga usai, wabah penyakit lainnya menghantui warga. Penyakit tersebut bernama Demam Berdarah Dengue (DBD).
Cuaca yang tidak menentu terkadang panas terkadang hujan mengakibatkan penyakit yang juga berisiko pada kematian ini berpotensi bakal berkembang di Jakarta.
Indikasi tersebut terlihat dari data yang menyebutkan Bahwa Jakarta Timur menjadi daerah kelima dengan jumlah kasus warga terjangkit DBD tertinggi se-Indonesia. Dimana sebanyak 464 warganya terpapar akibat digigit nyamuk aedes aegypti.
Di bawah Kota Bekasi dengan 796 kasus, Kabupaten Buleleng sebanyak 770 kasus, Kota Kupang sebanyak 511 kasus, dan Kabupaten Karawang 494 kasus.
Kasudin Kesehatan Jakarta Timur, Indra Setiawan mengatakan terjadi lonjakan lonjakan kasus DBD di wilayah ini dalam kurun beberapa waktu terakhir. Penyebabnya Jakarta Timur merupakan wilayah yang banyak terdapat padat penduduknya.
Sehingga kader juru pemantau jentik nyamuk (Jumantik) di masing-masing RT/RW kesulitan melaksanakan PSN menyeluruh. Sementara kesadaran warga melakukan PSN mandiri hingga kini masih rendah.
Padahal PSN merupakan upaya nomor satu dalam pencegahan DBD karena fogging atau penyemprotan inteksida bukan langkah pencegahan karena hanya membunuh nyamuk dewasa.
Sementara jentik nyamuk aedes aegypti yang gigitannya jadi pemicu DBD, bisa berkembang biak ketika warga enggan melakukan PSN.
Didasari data yang ada sudah sepatutnya DBD juga harus menjadi perhatian pemerintah selain Covid-19 yang saat ini masih mewabah.
Pemerintah dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta harus mampu menggerakkan warga untuk sadar menjaga kebersihan lingkungannya tanpa abai protokol kesehatan. Sebagai upaya pencegahan.