PPKM Darurat Dinilai Tidak Efektif, Sopir Bus di Kalideres: Harus Ada Langkah Konkrit dari Pemerintah Agar Situasi Normal

Senin 02 Agu 2021, 11:56 WIB
Sopir bus Sembodo Angga (35) saat hendak persiapan melakukan perjalanan Jakarta menuju Padang. (Pandi).

Sopir bus Sembodo Angga (35) saat hendak persiapan melakukan perjalanan Jakarta menuju Padang. (Pandi).

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dinilai tidak efektif bagibpara sopir bus di terminal Kalideres, Jakarta Barat. PPKM dianggap tidak efektif, sehingga membuat penumpang urungkan niat untuk naik bus.

Salah satu sopir bus di Terminal Kalideres tujuan Lampung-Bintan, Sutrani (42) mengaku selama PPKM Darurat penumpang di Terminal Kalideres sepi. Salah satu yang menbuat penumpang mengurungkan niat untuk naik bus yaitu syarat yang harus dipenuhi penumpanh.

"Selain pendapatan berkurang penumpang juga takut karena surat ini itu. Kalau kita mau nyebrang ke Sumatera kan harus pakai surat ini itu segala macem," ujarnya di Terminal Kalideres, Senin (2/8/2021).

Bahkan, kata Sutrani, ada beberapa penumpang yang sudah datang ke Terminal Kalideres namun tidak jadi naik bus lantaran ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satu syarat yang harus dibawa adalah hasil tes cepat Covid-19.

"Jadi kadang banyak penumpang yang kesini cuma nanya, abis itu udah gak jadi berangkat," papar Sutrani.

Akibat penumpang yang berangsur, Sutrani mengaku harus mengalami penurunan pendapatan sebanyak kurang lebih 60 persen. Biasanya sebelum PPKM ia mendapat uang Rp500 ribu per dua hari, kini ia hanya dapat pemasukan paling besar Rp200 ribu per dua hari.

Sementara itu, terpisah, sopir bus Sembodo tujuan Jakarta-Padang, Angga (35) megaku tidak terlalu merasakan sepinya penumpang, sebab penumpang di terminal kalideres masih banyak yang naik bus dengan tujuan.

Menurut Angga, hal tersebut terjadi lantaran banyak penumpang khususnya dari Jakarta yang menuju Padang karena mereka kebanyakan perantau dan ingin pulang ke kampung halaman.

"Karena pada saat mereka merantau di Jakarta dan mereka sudah ngga ada lapangan kerja atau tokonya ditutup mereka pada pulang ke padang," ujarnya saat ditemui.

Meski begitu, namun Angga tak menampik bahwa sepinya penumpang bus terjadi dari arah sebaliknya, yakni dari Padang menuju Jakarta. Kata Angga, kebanyakan penumpang dari Padang engga menuju Jakarta karena masih takut untuk merantu.

"Jadi pincang sebelah yang tadinya harusnya dari sini dan sana ramai. Malah ramainya dari Jakarta pulang ke kampungnya masing-masing. Karena di sini tokonya pada ditutup kan," ungkapnya.

Angga menuturkan, syarat yang harus dipenuhi oleh penumpang juga menjadi salah satu faktor penumpang enggan menaiki bus. Salah satunya syarat tes swab antigen yang hanya berlaku 1×24 jam. Sementara, untuk menuju Padang membutuhkan waktu paling cepat 30 jam.

"Pada saat Rapid di sini sampai Padang itu kan sudah kadaluarsa. Mau ngga mau kan harus dua kali Rapid atau maksudnya dirubahlah kalau bisa ditiadakan saja," tegasnya.

Angga berharap, pemerintah bisa tegas dalam membuat kebijakan. Khususnya kebijakan dan syarat kepada penumpang untuk baik bus. Dirinya juga berharap agar kondisi seperti ini bisa segera usai dan kembali normal seperti biasa.

"Yang penting protokol kesehatan kayak masker ini, kayak cuci tangan dan sebagainya itu diterapkan. Yang penting jaga diri masing-masing dan jaga keluarga juga dan ingatkan teman sekitar untuk patuhi prokes," tutupnya. (cr01).

Berita Terkait
News Update