Kakek Duda Dilanda Sepi, Nenek Tetangga Dinodai

Senin 02 Agu 2021, 07:30 WIB
Kakek Duda Dilanda Sepi, Nenek Tetangga Dinodai. (Kartunis/Nah Ini Dia/Poskota.co.id)

Kakek Duda Dilanda Sepi, Nenek Tetangga Dinodai. (Kartunis/Nah Ini Dia/Poskota.co.id)

MBAH Jayeng Resmi, 70, sebenarnya sudah uzur. Uniknya, bisa syurrr melihat nenek-nenek usia 5 tahun lebih tua darinya. Kesepian lama menduda,  akhirnya Mbah Katiyah, 75, diseret dan digerayangi. Meski berontak, tetap disikat juga, sehingga polisi turun tangan. Ditanya apa masih mampu, jawabnya, “Lha ya gliyak-gliyak....!”

Bila Anda jadi pengamat kakek-nenek, perhatikan gerak-gerik mereka. Kakek-kakek cenderung kepala mengangguk-angguk, sedang nenek-nenek kebanyak geleng-geleng kepala. Ternyata itu mengandung makna nan dalam, mana kala dikaitkan ilmu seksologi. Si kakek menganggu-angguk, itu maknanya masih doyan mau kalau ada obyek. Sedangkam si nenek menggeleng-gelengkan kepala, itu karena sudah ogah!

Kelakuan Mbah Jayeng Resmi dari Lamongan (Jatim) menguatkan tesis di atas, begitu juga Mbah Katiyah, memperkuat “kajian” para ahli. Ketika anak cucu bilang, sudah tua mau ngapain, si kakek menjawab: “Mau ngapain ya nggak papa, wong sudah lama nggak ngapa-ngapain juga.”

Maklum, Mbah Jayeng Resmi ini sudah lama hidup menduda, sehingga ibaratnya prajurit sudah lama senapannya non aktif. Kalau senapan betulan, jelas sudah diambil kembali oleh kesatuan. Yang bahaya justru senapan dalam tanda petik.  Secara riel masih ada, tapi tak bisa nembak karena tak ada sasaran yang layak tembak. Sebetulnya masih banyak obyeknya, tapi sononya yang sudah ogah ditembak.

Mbah Jayeng yang tinggal di Desa Sidomukti Kecamatan Brondong ini belakangan benar-benar gundah gulana. Ibarat sepeda motor atau mobil, sudah lama nggak ganti olie mesin. Kalau olie gardan masih bisa ditahan-tahan, tapi olie mesin lama tak ganti rasanya badan jadi ngelitik, jika digas kuat sekali getarannya.

Jika Mbah Jayeng seperti kakek Akidi Tio yang menyumbang negara saja sampai Rp 2 triliun, cari cewek muda nan mempur macam singkong rambak merah, pastilah mudah. Tapi dia ini kan hanya Aki-aki doang, sehingga sudah minus daya tarik bagi lawan jenisnya. “Aki-aki modal bonggol tanpa benggol, buat apa....,” pasti begitu reaksi pihak si wanita.

Dalam kondisi nafsu yang sudah demikian suntuk, terpaksa Mbah Jayeng menggunakan politik calak-calak ganti asah, atau tak ada rotan akar pun berguna. Kalau tuanya Titik Puspa dan Mooryati Sudibyo masih menampakkan sisa-sisa kecantikannya, lha tuanya Mbah Katiyah ini ya benar-benar parah. Tapi karena hanya itu adanya, mau bagaimana lagi.

Maka beberapa hari lalu Mbah Jayeng unjuk gusi, karena giginya tinggal dua mirip burung kakak tua hinggap di jendela. Pagi hari sekitar pukul 09:00 dia menyelinap ke kamar Mbah Katiyah tetangganya. Si nenek yang tengah rebahan di kamarnya itu langsung disergap dan digerayangi. Tentu saja  mbah putri kaget, dia hanya bisa berteriak, “Wegah, wegah, aku wis tuwa.....,” katanya terdengar nyata sampai keluar kamar.

Kata-kata itu terdengar oleh keluarga yang lain, sehingga mereka menghambur ke kamar di nenek. Ternyata di dalam kamar Mbah Jayeng Resmi yang sudah nyaris bugil itu sedang sibuk hendak melepas rudal balistiknya, tapi belum ketemu titik kordinatnya. Langsung saja  dia diseret oleh anak Mbah Putri, dibawa keluar. Jika tak ingat Jayeng Resmi sudah jompo, ingin rasanya menghajarnya.

Tak urung Mbah Jayeng Resmi jadi bahan olok-olok tetangga. Ada yang mengatakan, sudah tua carilah pahala bukan paha. Ada pula yang bertanya dengan nada meledek, “Memangnya masih kuat Mbah?” Tapi sebelum dia menjawab, warga lain sudah menjawab pendek “Lha ya gliyak-gliyak (pelan-pelan sajalah).”

Ketika polisi datang untuk menjemputnya, polisi pun kaget, karena tersangkanya sudah kakek-kakek. Kasihan sebenarnya, tapi hukum kan  berlaku sama, tak ada pembedaan untuk yang muda dan yah sudah kakek-kakek. Yang tua ancamannya 12 tahun, yang yang muda juga sama-sama 12 tahun.

News Update