JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemain senior bulutangkis Indonesia, Maria Kristin Yuliantri menilai peta persaingan bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020 sulit diprediksi.
Alasannya, menurut Maris Kristin, karena minimnya tur akibat pandemi Covid-19 membuat para pemain tak bisa membaca kondisi peforma satu dan lainnya. Maria mengaku tak kaget apabila ada unggulan yang terhenti dini di Olimpiade.
Sebagaimana diketahui, unggulan satu ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon hingga andalan tuan rumah yakni Kento Momota harus mengakhiri perjalanan lebih cepat.
“Secara keseluruhan, tinggal dilihat siapa yang siap pasti menang. Hanya saja, selalu ada kejutan di lapangan,” kata Maria dalam rilis NOC yang diterima Pos Kota.
Peraih perunggu tunggal putri Olimpiade 2008 Beijing ini menjelaskan, bahwa hal tersebut biasa terjadi. Apalagi, dunia saat ini tengah menghadapi Covid-19 dan sempat membuat tur dihentikan.
“Meski sudah saling kenal kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi tak mengetahui kondisi terbaru sesama pemain,” ujar Maria
Berbicara penampilan Gregoria, diakui Maria, pukulan atlet 21 tahun itu cukup terarah dan bervariasi.
Adapun, Gregoria terhenti di babak 16 besar usai kalah 12-21, 19-21 dari unggulan lima asal Thailand, Ratchanok Intanon.
“Pukulan Gregoria cukup menyulitkan lawan dan bisa jadi modal, tetapi Gregoria perlu meningkatkan fisik untuk permainan cepat dan serangan balik,” jelas Maria.
“Dulu waktu saya main, saya tekankan pada diri sendiri untuk selalu siap kuras tenaga, tak peduli siapa lawan.” tambahnya.
Sementara itu, Gregoria mengakui dirinya masih butuh meningkatkan permainan. Gregoria mulai susun rencana. Ia akan kembali menempa diri di sesi latihan dan ingin mematangkan teknik serta kemampuan dirinya.