JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Indonesia (Papua) dan Maroko menjadi wilayah dimana keberagaman mengalami perjumpaan dengan etnisitas.
Sebaliknya, bahwa agama sesungguhnya telah menjadi perekat kehidupan masyarakat.
Keduanya, memiliki kesamaan hidup penuh kedamaian dan toleransi serta memiliki tradisi dalam menyelesaikan konflik dengan kearifan lokal.
Hal ini, terungkap sebagaimana data yang disajikan sejumlah akademisi dan agamawan dalam webinar yang diselenggarakan INC TV.
Seolah-olah kehidupan di Papua sangatlah tidak bersahabat dan menjadi ladang penindasan, padahal itu tidak benar adanya.
“Kenyatan bahwa toleransi yang berkembang di Papua terjadi sampai detik ini menjadi alasan kenapa kami selenggarakan acara ini,” jelas panita penyelenggara dari INC TV, M Taufan, Kamis (29/7/201).
Acara yang dikemas dalam Webinar Internasional bertajuk “Tolerance in Indonesia (Papua) and Morocca: Experience perspective” ini dimaksudkan agar dunia internasional tidak melihat Indonesia khususnya Papua sebagai negara yang penuh kekerasan, mencekam dan penuh konflik.
Namun, justru telah menumbuhkan semangat persatuan dan kerukunan di kalangan masyarakat, terutama generasi muda serta menanamkan nilai dan arti dari universalisme agama dalam nilai-nilai kemanusiaan.
Prof. Idrus Al Hamid, salah satu tokoh agamawan mengataka, bahwa perjumpaan agama-agama di Papua selama ini telah melahirkan harmoni dan kebersamaan serta toleransi yang cukup baik.
Dengan memahami adanya masyarakat Papua yang memiliki topografi yang berbeda-beda, penulis buku jalan panjang Perdamaian Papua ini optimis dengan kearifan lokal masing-masing, masyarakat Papua mampu membangun kehidupan yang penuh toleran.
Pengalaman ini juga diungkap narasumber dari Maroko, Prof. Dr. Khalid Touzani.