SEKALI LAGI, saya menulis untuk mengenang Menteri Penerangan 1983 - 1997 dan Ketua Umum Golongan Karya 1993 - 1997, almarhum Harmoko (1939 - 2021).
Kali ini saya sandingkan dengan salah seorang sahabatnya, budayawan Motinggo Busye (1937 - 1999).
Harmoko dan Busye sama-sama suka membuat karya lukisan. Harmoko adalah pelukis karikatur dan Busye pelukis naturalis.
Tapi keduanya bukan pedagang atau ahli dalam bidang jual beli lukisan. Keduanya tidak mengenal seni jual beli lukisan atau taktik/ strategi dagang lukisan.
Tahun 1983, lukisan karya Motinggo Busye berjudul “Pantai Pekalongan” dibeli Harmoko yang baru saja jadi menteri kabinet.
Busye senang sekali karyanya dibeli sahabatnya tanpa perantara atau calo barang seni.
Satu tahun kemudian, 1984, dalam suatu acara pemeran karikatur di Ancol, Jakarta, Busye jumpa Harmoko.
Kesempatan ini Busye pakai bertanya tentang nasib lukisannya, “Pantai Pekalongan” tersebut.
“Lukisan dari saya dulu,” tanya Busye kepada Harmoko. “Oh masih,” jawab Harmoko singkat.
Ketika itu Busye berfikir, jawaban Harmoko itu hanya basa-basi pejabat pemerintah untuk menyenangkan salah seorang rakyat.
Empat tahun kemudian, 1988, Busye bersama beberapa rekannya mengikuti sebuah acara di kantor Departemen Penerangan di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.