JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah resmi menunda pelaksanaan vaksin gotong royong berbayar untuk individu yang sedianya akan dipelopori PT Kimia Farma Tbk. Tak disangka, kebijakan itu berimbas pada saham emiten dengan kode KAEF ini merosot cukup dalam, yakni turun 180 poin atau 5,08 persen ke level 3.3360.
KAEF merosot hingga menempati zona merah pada satu jam pembukaan perdagangan, Rabu (14/7/2021). Sempat pula naik sesaat ke level 3.570 sebelum akhirnya berada di kisaran harga 3.300 dan 3.450.
Selain itu, volume saham yang diperdagangkan mencapai 19,13 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp64,99 miliar. Frekuensi jual beli saham ini mencapai 9.457 dengan capaian Market Cap hingga Rp18,66 triliun.
KAEF juga masuk dalam radar saham yang dijual investor asing sepanjang perdagangan hari ini. Hal itu terlihat dari Net Foreign Sell (NFS) mengalami minus Rp594,91 juta di semua pasar.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar, mengatakan, persoalan vaksin Gotong Royong individu berbayar karena harganya yang relatif mahal. Jika mau jujur, sebenarnya vaksin Gotong Royong itu untuk perusahaan yang akan diberikan ke para pekerjanya, yang diatur di Permenkes No. 10 tahun 2021.
"Tetapi, dari begitu banyaknya perusahaan yang komit ikut tapi hanya sedikit yang mau beli vaksin Gotong Royong. Karena nggak laku dan vaksin Sinopharm yang sudah diimpor 1,5 juta tidak bisa dipakai untuk vaksinasi program, maka BUMN yang mengimpor merasa rugi kalau tidak terjual," jelas Timboel dalam keterangannya, seperti dikutip poskota, Rabu (14/7/2021).
Sebagai solusi, dikeluarkan revisi Permenkes menjadi Permenkes no. 19 tahun 2021 yang membolehkan menjual vaksin Gotong Royong ke individu, agar laku terjual.
"Saya duga kalau pun dibuka ke individu masyarakat umum namun harganya masih mahal maka vaksin Gotong Royong akan tidak diminati lagi. Sebaiknya harga vaksin Gotong Royong diturunkan saja, menjadi Rp100-150 ribuan. Akan laku untuk perusahaan dan individu," ungkap Timboel. (tha)