Menjadi guru ngaji para ponakan itu baik, tapi jika nawaitunya untuk dekat dengan istri saudara sepupunya, pasti MUI pun bingung kasih fatwa. Tapi itulah kelakuan Fauzi, 26, dari Bantul (DIY). Dia rajin mengajari ngaji anak-anak Kasroni, 39, ternyata karena pengin “adu pupu” dengan Kholilah, 39, istrinya. Kacau!
Segala amal perbuatan itu tergantung niatnya, begitu hadits Nabi. Mengajari ponakan mengaji, dari hafalan surat-surat Jus’ama sampai membaca huruf Arab, jelas akan dapat pahala. Tapi jika niat di baliknya sekedar untuk bisa dekat dengan wanita idamannya, akhirnya ya hanya dapat paha doang, bukan pahala. Andaikan dimintakan pendapat ke MUI pun, paling-paling fatwanya, “Haram tuh....!”
Fauzi warga Banguntapan, Kabupaten Bantul (DIY) rupanya jadi guru ngaji yang malah jadi teman syaiton terkutuk.
Sebab seringnya datang ke rumah sepupunya di Wirokerten, bukan sekedar memberi pelajaran mengaji pada anak-anak kakak sepupunya, Kasroni. Di balik semua itu, diam-diam dia ada rasa pada Kholilah istri Kasroni. Padahal usianya juga jauh di atasnya. Atau mungkin Fauzi ini mahasiswa jurusan purbakala?
Kholilah yang ditaksir Fauzi, sebetulnya juga tidak cantik-cantik amat, Jika diberi nilai paling-paling 6, itupun sudah dikatrol oleh Wali Kelas. Tapi cinta itu kan sangat subyektif, bisa keluar dari logika dan akal sehat Ade Armando. Jangankan wanita hanya terpaut 13 tahun di atasnya, cowok muda kawini nenek-nenek sekarang juga sering terjadi. Maka jika Fauzi jatuh cinta pada Kholilah yang jauh lebih tua, masih wajar saja.
Yang nggak wajar, kenapa jatuh cinta saja kok pada bini sepupuannya. Memangnya stok perempuan di Bantul menjelang Idul Adha ini sudah menipis? Jelas tidak. Masalahnya, Fauzi jadi semangat banget karena selain Kholilah memberi angin, setan pun mendukung seratus persen. Bahkan setan-setan itu sudah pasang baliho di mana, “Siap dukung Fauzi-Kholilah untuk 2024”. Kalau Fauzi pengantinnya, Kholilah teh botolnya.
Sesuai dengan umur anak-anak Kholilah yang baur berusia 6 sampai 10 tahun, maka Fauzi mengajari ngaji baru seputar hafalan surat-surat pendek sebangsa: Qulhu (Al Ikhlas), Annas, Al Asr, Al Lahab, Quraish. Mengenai belajar huruf Arab juga baru pengenalan huruf hijaiyah alif bak tak tzak zim dan seterusnya.
Paling disukai anak-anak ketika Fauzi berkisah tentang sejarah 25 nabi.
Lama-lama niat buruk Fauzi tercium oleh Kasroni, sehingga dia ditegur sekedarnya saja, “Kalau mengajari ngaji yang bener, jangan mikir yang lain-lain.” Tapi bukannya sadar, Fauzi malah ngambek. Maka ponakan tiba-tiba diajari membaca huruf Arab, “Bak domah bu, alif tanwin an, nun kasroh ni, nun kasroh ni, kasroni.....” Habis itu Fauzi pulang tanpa pamit.
Sejauh mana hubungan Kholilah – Fauzi, rupanya makin serius saja mereka. Terbukti kemudian, segala kekejaman Kasroni pada istri, di mana suka main tempeleng dimunculkan, sehingga Kholillah sampai muncul opsi, “Fauzi, Fauzi, kekasihku, bunuh saja suamiku....!” kata Kholilah sebagaima lagu Diana-nya Koes Plus.
Karena sudah diendors setan, Fauzi pun siap melaksanakan. Ketika naik mobil bersama Kasroni dan Kholilah, Kasroni yang mengemudikan mobil dijerat pakai tali, dibantu Kholilah. Setelah Kasroni wasalam, jazadnya dibuang di Jembatan Selo, Sedayu.
Dalam waktu cepat bisa diungkap siapa pelaku dan dalangnya. Kholilah dan Fauzi ditangkap, karena pembunuhan ini direncakan, keduanya terancam hukuman penjara 20- tahun.
Kalau sudah masuk penjara, kapan dapat pahanya?
Atau sudah dapat duluan? (GTS)