Pers Italia Menuding Inggris Banyak Dapat Bantuan di EURO 2020 Sebagai Hadiah Atas Peran Menggagalkan Liga Super

Sabtu 10 Jul 2021, 01:53 WIB
Pemain Inggris Harry Kane merayakan gol penalti yang dicetaknya ke gawang Denmark, (foto: @EURO2020)

Pemain Inggris Harry Kane merayakan gol penalti yang dicetaknya ke gawang Denmark, (foto: @EURO2020)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Perjalanan Inggris sampai final EURO 2020 terus mendapat kritikan yang datang dari berbagai penjuru.

Setelah penalti kontroversial Inggris di perpanjangan waktu melawan Denmark, kini pers Italia menuding keputusan itu diberikan kepada Inggris.

Pers Italia menuding Inggris banyak mendapatkan bantuan dari UEFA di EURO 2020 yang mengindikasikan sebagai hadiah atas peran peran pemerintah Perdana Menteri Boris Johnson yang menggagalkan proyek Liga Super Eropa.

Apa yang terjadi dengan kemenangan Inggris, dituding sebagai bantuan atas intervensi Perdana Menteri Boris Johnson yang menolak rencana diadakannya Liga Super Eropa yang di dukung klub-klub besar, termasuk 6 klub Inggris.

Insiden Raheem Sterling jatuh, akhirnya membuat wasit memberikan tendangan penalti untuk Inggris pada Rabu malam. Ketika itu Sterling melayang ke tanah di bawah hampir tidak ada tekanan dari pertahanan Denmark. Wasit Danny Makkelie langsung menunjuk titik putih.

La Gazzetta dello Sport, dan surat kabar Italia, menggambarkan kontak pada Sterling sama sekali tidak ada dan mengecam keputusan itu terlebih lagi mengingat kurangnya intervensi dari VAR.

Perjalanan Inggris ke final juga mendapat sorotan karena lima dari enam pertandingan dimainkan di Wembley, satu di antaranya di Roma. 

Dan final juga di Wembley, yang pada dasarnya menjadikan Euro 2020 sebagai turnamen kandang bagi Inggris.

Pada awal tahun 2021, sepak bola Eropa diguncang dengan pengumuman Liga Super, yang mencakup enam tim besar Inggris, yakni Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham Hotspur.

Namun, reaksi besar-besaran dari penggemar di Inggris membuat proyek tersebut dibubarkan dalam waktu tiga hari.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga terlibat dan menentang pembentukan Liga Super, mencapnya sebagai 'kartel' dan mengumumkan bahwa dia akan melakukan segala dayanya untuk memastikan Liga Super tidak dapat bergerak maju, ini yang sangat menyenangkan UEFA.

Berita Terkait
News Update