ADVERTISEMENT

Ibu Kelonan Sama Berondong Digerebek Anak Dalam Hotel

Kamis, 8 Juli 2021 07:30 WIB

Share
Karikatur: Ibu Kelonan Sama Berondong Digerebek Anak Dalam Hotel. (Kartunis/Poskota.co.id)
Karikatur: Ibu Kelonan Sama Berondong Digerebek Anak Dalam Hotel. (Kartunis/Poskota.co.id)

USIA bukan bocah lagi, tapi Ny. Wahyuni, 40, dari Solo ini masih suka berondong. Tapi jangan salah, bukan berondong ketan melainkan PIL yang usianya 10 tahun lebih muda. Malu atas kelakuan emaknya, gadis Hartati, 19, menggerebeknya dalam hotel. Akhirnya emak cuma cari enak itu jadi urusan polisi.

Berondong jagung atau ketan, makanan favorit anak-anak. Rasanya manis dan gurih begitu, apa lagi bila di dalamnya  ada “hadiah” mainan kecil dari plastik, bocah demen banget. Itu baru hadiah yang sepele sekali, apa lagi kalau hadiahnya sepeda. Tapi nggak mungkin, kan? Masak anak-anak demi sepeda harus diajak tebak-tebakan soal ikan-ikanan; paling jawabnya malah: ikan Indosiar!

Ny. Wahyuni warga Banjarsari Solo, ternyata termasuk perempuan yang doyan berondong juga, tapi pakai tanda petik. Sebab berondongnya bukan jagung atau ketan diberi warna merah, tapi anak muda. Biar usianya masih nampak lholak-lholok begitu, tapi soal begituan dia pakarnya. Buktinya Wahyuni jadi lupa sama suami dan anak-anak. Keluarga terabaikan gara-gara berondong Heru, 30, yang serba menjanjikan baik tongkrongan maupun “tangkringan”-nya itu.

Suami Wahyuni yang bernama Bambang, 54, memang pekerja sibuk. Meski bukan PNS tapi dia sangat mematuhi dorongan semangat presiden kita: kerja, kerja, kerja.....! Pulang kantor selalu di atas pukul 21:00, sehingga setibanya di rumah habis makan langsung tidur saja. Lupa dengan tugas signifikan sebagai suami pada istrinya.

Sebetulnya Wahyuni sering memberikan kode dan isyarat atas kebutuhan batiniahnya, tapi Bambang sering tak nangkep, atau tak peduli. Ketika dicolek-colek tengah malam, malah jawabnya kasar, “Ngapain sih colak-colek terus, kayak kondektur terminal bis Nggilingan saja.....!” Tentu saja Ny. Wahyuni kecewa dua kali. Kecewa hasratnya tak terpenuhi, juga kecewa Bambang suaminya sekarang kok jadi Bambang Gennn...tolet Srimulat.

Karena jarang dapat pasokan dari suami, kalau dapat pun sikapnya “gelem ora-ora” (baca: asal-asalan), akhirnya Wahyuni mencari tokoh alternatip. PDIP saja mau singkirkan Ganjar Pranowo dan diganti Puan Maharani, apa lagi hanya kelas urusan rumah tangga, ganti Bambang ke Heru urusan yang mudah.

Ya, memang Heru itulah tokoh alternarifnya. Bung Karno pernah bilang, berikan aku 10 pemuda, akan aku goncang dunia! Ny. Wahyuni juga bisa, malah nggak usah banyak-banyak. “Berikan aku satu pemuda, akan aku goyang kamar hotel....!” katanya. Dan faktanya memang demikian, goyangan Heru yang masih muda dan enerjik itu membuat Wahyuni lupa segalanya, sehingga tak terlalu memikirkan suami lagi.

Bambang non Gentolet tak pernah tahu perselingkuhan istrinya. Sebab ibarat mobil memang hanya ditaruh di garasi, tak pernah dipanasi apa lagi ganti olie. Yang merasakan justru putrinya, Hartati yang sudah duduk di bangku perguruan tinggi. Sebab sejak ibu punya PIL, biaya pendidikan jadi kurang terurus. Uang dari ayahnya oleh sang ibu malah diswit ke kantong Heru. Asyik memang dia, selalu  terjamin isi kantong padahal hanya modal “si entong”.

Bak detektif swasta, Hartati belum lama ini mencoba membuntuti ibunya. Ternyata sepeda motor yang dikendarai Ny. Wahyuni masuk ke pelataran hotel daerah Penggilingan, di mana anak muda telah menunggunya. Setelah cek in keduanya masuk kamar bagaikan Ken Dedes – Ken Arok. “Celaka, ibu kena “keris Empu Gandring” bisa tewas.....,” keluh Hartati sambil buru-buru keluar untuk lapor polisi.

Tak lama kemudian polisi Polsek Banjarsari memang datang dan menggerebeknya. Malu sekali memang Ny. Wahyuni, karena penggerebekan itu diinisiasi oleh anaknya sendiri. Dengan tertunduk malu, bersama berondong Ken Arok  Ny. Wahyuni digiring ke kantor polisi.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT