JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Harmoko sempat banyak disindir oleh aktivis dan sejumlah lawan politiknya dengan akronim dari namanya yakni “Hari-Hari Omong Kosong” atau disingkat dengan Harmoko.
Hal itu lantaran Harmoko kerap tampil di televisi dan menyampaikan kebijakan-kebijakan pemerintah Soeharto yang dianggap bersifat ‘kaku’ sehingga menimbulkan banyak kritikan keras dari publik.
Mendengar banyak pihak menyebut sindiran itu, Harmoko dengan santai menjawabnya di sebuah acara deklarasi Partai Kerakyatan Nasional yang berlangsung di Jakarta pada April 2008 lalu.
"Kalau urusan soal rakyat Pak Harmoko ini ngomongnya kok' hari-hari omong kosong'," ujar Harmoko sambil menirukan sindiran masyarakat itu.
Harmoko tidak terlalu mengambil pusing dengan banyaknya sindiran yang dilontrakan kepadanya dan mengganti istilah ‘hari-hari omong kosong’ ke gabungan beberapa kalimat yang lebih baik.
"Saya ganti menjadi hari-hari omong komunikatif, hari-hari omong kooperatif, lanjut-lanjutnya saya bicara hari-hari omong konkret," tutur eks Menteri Penerangan Orde Baru selama 14 tahun itu.
Perjalanan Harmoko di dunia kini sudah berakhir, dia meninggal dunia meninggal dunia di usia ke-82 tahun pada Minggu (4/6/2021) setelah menderita penyakit Progressive supranuclear palsy (PSP).
Putra Harmoko yakni Dimas Azisoko Harmoko mengungkapkan bahwa ayahanda menderita penyakit PSP tersebut sejak 2013.
Harmoko sendiri sudah sempat melakukan pemulihan di Jerman pada tahun 2015 lalu.
"Pada tahun 2015, bapak sempat kami bawa berobat ke Jerman," ujar Dimas saat dikonfirmasi terkait penyakit yang diderita sang ayah. (cr03)
.jpg)
.jpg)
