SUATU hari, saya dipanggil khusus oleh Pak Harmoko. Melalui stafnya saya diminta menghadap Jumat pagi, pukul 07.30 di kantor Pos Kota, Jalan Gajah Mada No 98-100 Jakarta Barat.
Saya lupa tanggalnya, tetapi seingat saya awal April 1999, sepekan sebelum Pos Kota berulang tahun yang ke -29 pada 15 April.
Yang terlintas dalam benak saya saat itu ada berita yang salah sehingga saya dipanggil. Maka saya pun siapkan mental.
Tetapi yang terjadi kemudian jauh dari dugaan. Begitu saya mengetuk pintu di ruang kerjanya, lantai II gedung Pos Kota, pak Harmoko yang saat itu berpakaian batik warna coklat muda, tersenyum lebar sambil menawari kopi pahit dan ubi rebus.
Singkat cerita, pendiri Pos Kota ini meminta saya untuk lebih kritis dalam pemberitaan. Pos Kota adalah korannya rakyat. Pos Kota korannya rakyat kecil ( wong cilik, red), tetapi karena rakyat kecil inilah Pos Kota menjadi besar seperti sekarang ini.
Karenanya Pos Kota harus tetap menyuarakan aspirasi rakyat, rakyat kebanyakan. Mengkritisi kebijakan yang tak sesuai dengan kehendak rakyat, merugikan rakyat dan meminggirkan rakyat.
Tapi ingat, berilah kritik yang membangun, yang konstruktif. Jangan asal kritik. Jika memungkinkan memberi jalan keluar, jangan menabur garam dalam lautan. Jangan pula “memamah biak”
“Jangan lupakan itu..” pesan pak Harmoko sambil menambahkan ibarat sebuah negara, tanpa rakyat tak ada artinya. Pemimpin tanpa dicintai rakyatnya, bukanlah pemimpin.
Hal lain yang saat itu dipesankan, Pos Kota harus melakukan perubahan, jika tidak ingin tergilas zaman. Teknologi informasi dan komunikasi berkembang begitu cepat, itu harus direspons dengan melakukan pembenahan – pembenahan di semua jajaran, utamanya redaksional.
Tetapi ingat, perubahan yang dilakukan tidak lantas menghilangkan jati dirinya. silakan Pos Kota berubah, dan harus berubah, tetapi marwah Pos Kota harus tetap ada.
Itu di antaranya pesan yang disampaikan. Tidak hanya sekali itu, beberapa kali dan berkali – kali saya dipanggil untuk menyampaikan pesan. Bahkan, saking cintanya kepada Pos Kota, setiap beliau pergi ke luar negeri, saya dapat oleh – oleh koran negara yang dia kunjungi.