Pengamat Politik: Elektabilitas Prabowo Tinggi Bukan Karena Kinerja, Lebih Baik Tak Usah Maju di Pilpres 2024

Minggu 27 Jun 2021, 16:26 WIB
Pengamat politik Dr Ujang Komarudin. (ist)

Pengamat politik Dr Ujang Komarudin. (ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Subianto memiliki elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden untuk maju di Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Namun demikian, Prabowo disarankan untuk tidak maju di Pilpres 2024 untuk memberikan kesempatan kepada tokoh lain yang lebih muda dan lebih berintegritas.

Saran tersebut datang dari pengamat politik Universitas A-Azhar Indonesia Dr Ujang Komarudin yang dihubungi di Jakarta, Minggu (27/6/2021).

"Lagi pula elektabilitas Prabowo berada di atas tokoh lainnya yang disebut-sebut sebagai capres, bukan karena kinerjanya sekarang ini tapi lebih dikenal namanya karena sudah tiga kali mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden," ucap Ujang.

Menurut Ujang, di benak publik mereka lebih mengenal nama Prabowo karena sudah tiga kali mengikuti Pilpres.  "Ini sederhana saja ketika masyarakat ditanya lembaga survei siapa calon presiden untuk Pilpres 2024, pasti sebut Prabowo karena sudah dikenal tadi.

Ia menambahkan hasil survei tersebut perolehan Prabowo tidak menunjukkan yang signifikan, dan angka surveinya tidak terlalu jauh dengan calon lainnya seperti, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sebab itu, lanjut Ujang, kalau memang hasil survei perolehan elektabilitas Prabowo tidak signifikan, sebaiknya tidak maju di Pilpres 2024,  dan memberikan kesempatan yang kepada yang lain dan lebih muda.

"Saya mengusulkan Prabowo dan Presiden Joko Widodo di Pilpres 2024 sebaiknya menjadi King Maker saja," terang Ujang.

Ia mengatakan Jokowi dan Prabowo kalau bersatu menjadi King Maker, maka akan menentukan siapa yang akan menjadi presiden dan wakil presiden di Pilpres 2024.

"Sebab di negeri ini ada 267 juta penduduk Indonesia, di antara mereka banyak yang memiliki kapasitas yang bagus untuk menjadi presiden, dan lebih bagus dari Prabowo,"  kata Ujang.

Ujang menandaskan sekarang ini diframing, seolah hanya Prabowo yang bagus dengan hasil survei tersebut, padahal tidak begitu. "Hasil survei itu belum tentu benar, dan perolehan survei bisa dinaikkan dan bisa juga diturunkan,"  Ujang menerangkan.

Berita Terkait
News Update