Bini Menjadi TKI Menikah Lagi, Rumah Gono-Gini Dirobohkan

Kamis 24 Jun 2021, 07:30 WIB
Karikatur Nah Ini Dia: Bini Menjadi TKI Menikah Lagi, Rumah Gono-Gini Dirobohkan. (kartunis: poskota/ucha)

Karikatur Nah Ini Dia: Bini Menjadi TKI Menikah Lagi, Rumah Gono-Gini Dirobohkan. (kartunis: poskota/ucha)

DENGAR istri pulang dari TKI Timur Tengah, mestinya Gandung (40) berbahagia. Tapi justru sebaliknya, dia sakit hatinya sampai di sini. Soalnya Yuniah (30) justru bawa lelaki suami barunya. Saking kecewa dan emosinya Gandung, rumah gono-gini yang dibangun berdua, malah dirobohkan ketimbang bikin sepet mata.

Banyak lelaki yang pilih jadi “duda” bertahun-tahun ketika istri berangkat jadi TKI. Gencatan senjata dulu nggak apa-apa, yang penting nantinya bisa mengubah nasib. Tapi sering apa yang dicita-citakan gagal total, istri di negeri jiran malah punya gebetan baru, dan siap mendepak suami dari sianggasana rumahtangga. Bagaimana hati tak mendadak liver?

Perjalanan nasib anak manusia bernama Gandung, mirip seperti itu. Cuma kuat onderdil bukan materiel, menyebabkan lelaki warga Carangrejo Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo (Jatim) ini tak bisa menikmati masa-masa pengantin barunya berlama-lama. Menikah sudah 3 tahun tapi defisit anggaran selalu terjadi, pemasukan tak sebanding dengan pengeluaran.

Maka ketika ada orang menawari jadi TKI, Yuniah minta izin suami untuk
berangkat ke Timur Tengah. Sebetulnya berat bagi Gandung, sebab rasanya kok ironis sekali nantinya. Bayangkan, ketika istri bertahun-tahun menjadi tenaga kerja luar negeri, bagaimana dia sebagai suami menyalurkan tenaga kudanya? Padahal karena efek rumah kaca, daerah Sampung menjadi dingin sekali. Bagaimana Gandung jika pengin anget-angetan?

Ya, rumah tangga Gandung-Yuniah memang dibentuk oleh para mantan duda dan
janda. Dan gara-gara tekanan ekonomi, kembali Gandung harus hidup laksana duda. Dan dia memantapkan tekad, selama istri di Timur Tengah, takkan terpikat oleh janda-janda lain. Sebab kata penyanyi Titik Sandhora-Muchsin dulu, selama dunia belum kiamat pasti banyak janda uik-uik........

Istri berangkat jadi TKI, 2 bulan kemudian sudah bisa mengirimkan uang ke Tanah Air. Keduanya lalu bersepakat. Uang itu akan digunakan membangun rumah, dibantu oleh penghasilan Gandung sendiri selama ceker-ceker (cari nafkah) sebisanya. Dalam tempo 2 tahun Yuniah jadi TKI, rumah itu sudah terwujud lumayan megah.

Tahun ketiga kepergian Yuniah, terjadilah prahara. Istri memberi tahukan bahwa
minta cerai karena sudah punya calon suami baru penerus Gandung. Calon suaminya juga orang Indonesia. Maka Gandung diminta segera mengurus perceraiannya. Jadi begitu Yuniah tiba di Ponorogo tinggal menjalani sidang percerain. “Memangnya bercerai seperti beli gethuk? Begitu pengin terus tinggal pesen?” gumam Gandung.

Tekad Yuniah sudah tak bisa dicegah lagi. Maka di hari istri pulang, Gandung
sambatan di rumahnya, membongkar rumah senilai Rp500 juta tersebut. Para tetangga siap mengerjakan, karena ikut simpati atas nasib Gandung yang mestinya begitu istri pulang langsung bisa masuk sarung. Padahal jika mengikuti akal sehat sebagaimana kata Ade Armando pegiat medsos, mestinya rumah itu dijual lalu duitnya dibagi dua.

Benar saja, ketika Yuniah tiba di rumah bersama kopernya, sudah tak bisa masuk
rumah, karena sudah berantakan dihancurkan bersama para tetangga. Gandung nampak puas dengan aksinya, sementara Yuniah nampak kecewa. Tapi semuanya sudah terlambat. Rumah berantakan, rumah tangga juga berantakan.

Nggak usah disesali, sono buruan pada ke Pengadilan Agama. (gts)

Berita Terkait
News Update