UNTUNG Ny. Linda (40) seorang pengusaha, sehingga suami pengangguran dan kerjanya jual tampang, tak menjadi masalah. Cuma itu lho, Firman (46) ini kerjanya ngutang melulu, dan istrilah kemudian yang menutupnya. Tapi Linda lama-lama cepek juga, sehingga dia memilih bercerai saja dari suami yang bisanya petentengan.
Istri cap apapun mendambakan suami yang tampan, tapi sayangnya ketampanan
tak indentik dengan kemahiran cari uang. Justru banyak orang tampan jadi kepala
rumah tangga, tapi kerjanya hanya petentang-petenteng saja lantaran mengandalkan istri yang pekerja sukses. Walhasil dia di rumah fungsinya hanya jadi pejantan doang, tiap malam jadi tukang accu, kerjanya hanya “nyetrom” doang!
Firman warga Surabaya kurang lebih seperti itu kelakuannya. Hanya mengandalkan Ketampanannya, di rumah kerjanya hanya jual tampang belaka. Untung saja istrinya pengusaha sukses, sehingga meski suami pengangguran ekonomi tetap lancar
jaya. Justru tiap hari istrinya, Linda harus memberi uang saku Rp200.000,- sehari.
Maksudnya agar suami tetap pede di depan teman-temannya.
Sebetulnya soal bibit dan bobot Firman bolehlah. Orang tuanya bukan orang
miskin, karena mbah-buyutnya punya kekayaan tujuh turunan. Sayangnya Firman ini
turunan ke-8, sehingga kembali jadi orang miskin. Untung saja dia berwajah tampan,
sehingga Linda mau diperistri. Tapi ya itu tadi, dia tak bisa diandalkan sebagai tulang
punggung keluarga.
Linda sebagai pengusaha sukses di Surabaya, tak mempermasalahkan benar akan
kondisi suami seperti itu. Yang penting dia tetap tampil gagah perkasa, dan di ranjang
juga perkasa dan rosa-rosa kayak Mbah Marijan. Agar suami tetap pede di depan teman-teman, tiap hari diberi uang saku Rp 200.000,- Dengan demikian suami bisa nraktir teman-teman bila jajan bersama.
Tapi ternyata uang saku sehari Rp200.000,- tak cukup. Firman masih suka ngutang ke sana kemari. Yang jadi debitor mau saja, karena istrinya pengusaha. Dan memang benar, pada gilirannya nanti yang menutup utang-utang itu istrinya. Padahal
utang itu tak hanya bernilai ratusan ribu, tapi jutaan. Alasannya untuk modal usaha,
padahal usahanya apa juga tak pernah terlihat.
Pernah Linda mengingatkan, tapi Firman malah marah. Alasannya, utang segitu
saja ribut padahal negara utang sampai triliunan juga nggak masalah. Di sinilah Linda
paling tidak suka, sudah karakternya ngutangan, temperamental lagi. Maka jika suami
sedang emosi, harus dipastikan jauh dari minuman teh atau kopi dalam gelas. Bisa bisa disiramkan pada muka istrinya.
Tapi lama-lama Linda capek juga, ketika utang suami di luar pernah sampai
ratusan juta. Lagi-lagi istrilah yang jadi tukang nomboki. Mulai hari ini Linda berpikir
ulang tentang rumah tangganya yang dibangun selama tiga periode (15 tahun) meski bukan karena usulan M. Qodari. Sampai punya tiga anak, kok kelakuan suami tak
berubah.
Akhirnya, melalui seorang pengacara Linda menggugat cerai ke Pengadilan
Agama Surabaya. Sebetulnya Firman tak mau bercerai, tapi putusan pengadilan
mengabulkan gugatan istri. Adapun hak asuh anak-anak tetap pada pihak Linda.
Lumayan, masih bisa petentang-petenteng dengan harta gono-gini. (gts)