Oleh: Hasto Kristiyanto
Apa yang dikhawatirkan pada saat mudik ketika terjadi mobilisasi penduduk di tengah kewaspadaan penyebaran virus mematikan kini benar-benar terjadi. Penyebaran virus Covid-19 dengan berbagai varian baru melonjak drastis.
Kepanikan menebar, rumah sakit menjadi tumpuan harapan. Lonjakan korban terjadi merata di Jakarta, Bandung, Kudus, Surabaya, Madura, dan berbagai wilayah lainnya di Indonesia.
Rumah sakit penuh. Sistem kesehatan nasional akhirnya kembali diuji akibat rendahnya disiplin terhadap protokol kesehatan. Seluruh sistem pelayanan kesehatan negara dituntut untuk menunjukkan kemampuannya di dalam mengatasi lonjakan korban virus ganas tersebut.
Berbagai persoalan yang menjadi akar lonjakan Covid-19 menyentuh aspek yang paling mendasar, yakni kedisiplinan. Disiplin berkaitan dengan sikap mental, dan perilaku yang menunjukkan kepatuhan dan ketaatan terhadap norma dan peraturan.
Disiplin mengandung ketaatan pada kepentingan umum yang lebih besar. Disiplin itulah yang tergerus dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pentingnya disiplin sebenarnya sejak awal ketika bangsa ini berjuang memeroleh kemerdekaan telah ditegaskan oleh Bung Karno dalam risalah Mencapai Indonesia Merdeka yang ditulis oleh beliau pada Maret 1933.
Bung Karno menegaskan tentang pentingnya kedisiplinan di dalam perjuangan membangun kesadaran rakyat untuk merdeka. Disiplin ideologinya, disiplin teori pergerakannya, disiplin organisasi, disiplin taktik dan disiplin program. Kedisiplinan masuk dalam seluruh aspek organisasi. Bahkan kedisiplinan itulah seharusnya memancar dalam watak dan karakter kader partai yang berhaluan Kebangsaan.
Bung Hatta juga mengajarkan hal yang sama. Pentingnya disiplin waktu melekat dalam diri Bung Hatta. Tidak ada toleransi terlambat dalam diri Bung Hatta. Disiplin hidup sederhana, taat pada aturan main, dan disiplin kepemimpinan atas dasar tradisi intelektual yang kuat menjadi ciri kepemimpinan Bung Hatta.
Disiplin juga seharusnya nampak dalam berpikir, berkomunikasi, dan disiplin dalam berbicara. Ada seorang elit politik yang paling gemar berbicara, paling gemar mengkritik, dan pernah berjanji akan berjalan dari Yogyakarta ke Jakarta kalau Pak Jokowi menang Pilpres. Janji tidak dipenuhi, dan lunturlah kredibilitas politisi tersebut karena gagal berdisiplin dalam berbicara dan berperilaku.

Jika dilihat dari hirarkinya, hal yang paling elementer adalah disiplin waktu. Disiplin waktu jika diikuti dengan cara berpikir positif, maka akan menghasilkan pikiran dan tindakan yang positif. Jika tindakan positif ini dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan positif, dan kebiasaan positif akhirnya berevolusi menjadi kultur yang positif.