Dapat Mengolah Daun Dan Tandan Sawit Jadi Etanol, Pertamina Terus Tingkatkan Kerja Sama Dengan Clairiant 

Selasa 15 Jun 2021, 20:48 WIB
Olah daun dan tandan sawit jadi etanol, Pertamina terus tingkatkan kerja sama dengan Clairiant. (Foto/ist)

Olah daun dan tandan sawit jadi etanol, Pertamina terus tingkatkan kerja sama dengan Clairiant. (Foto/ist)

Poskota.co.id – Dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar non fosil yang terus meningkat dampak dari kebijakan pemerintah untuk mengurangi emisi gas buang, Pertamina terus menjalin kerjasama dengan Clariant yang merupakan perusahaan chemical yang fokus pada pengembangan inovasi bahan bakar.

Kerjasama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar berkualitas tinggi dengan memanfaatkan sumber daya alam nabati.

Salah satu teknologi yang dimiliki oleh Clariant adalah unliquid, teknologi untuk memproses bahan baku atau feedstocks yang tersedia di Indonesia menjadi biofuel berupa etanol selulosa.

Etanol selulosa dapat dihasilkan dari bahan baku yang sangat banyak di tanah air seperti tandan buah hingga daun kelapa sawit, dimana saat ini material tersebut hanya dibuang dan dibakar begitu saja sehingga berkontribusi dalam pencemaran udara.
 

Dengan teknologi yang dikembangkan oleh Clariant, dua material ini dapat diolah menjadi etanol selulosa sehingga memaksimalkan sumber daya alam yang ada, tidak hanya buah, namun daun serta tandan akan dapat juga menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan.

“Selain Pertamina, perusahaan minyak internasional lainnya juga telah mulai mengarahkan transisi energy. Kami akan terus mendorong pengembangan energi bersih untuk mengurangi emisi gas buang global,” jelas Andianto Hidayat selaku Vice President Downstream Research and Technology Innovation, Pertamina.

Kerjasama ini sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 2018 lalu, dimana teknologi sunliquid telah membuahkan hasil positif yang menjadi dasar pertimbangan Pertamina untuk terus berinvestasi fasilitas produksi bahan bakar nabati komersial dalam skala komersial.

“Dengan teknologi ini kami akan terus memproduksi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar ramah teknologi seperti biodiesel, avtur ramah lingkungan, dan bioetanol yang menggunakan sisa-sisa kelapa sawit yang melimpah di Indonesia. Tidak sampai disitu, untuk memenuhi kebutuhan ini kami juga akan segera pembangunan dua kilang ramah lingkungan dan mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk menjamin kemandirian energi Indonesia,” tambah Andianto.
 

Dengan dikembangkanya teknologi ini tentunya akan mengurangi ketergantungan Indonesia akan bahan bakar fosil yang hingga saat ini masih diimport dari luar negeri serta diharapkan dapat mengamankan pasokan energy nasional.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target nasional akan pemanfaatkan penggunaan biofuel, dimana pada 2015 untuk kebutuhan pengangkutan bioetanol sebagai bagian dari Non Public Sector Service Obligation (PSO) dengan kandungan bioetanol 10% sebagai bahan tambahan bensin.

Berita Terkait

News Update