ADVERTISEMENT

Dendam Membara 2 Periode Tetangga Wasalam Dibadik 

Sabtu, 12 Juni 2021 07:30 WIB

Share
Ilustrasi Nah Ini Dia Dendam Membara 2 Periode Tetangga Wasalam Dibadik. (ucha)
Ilustrasi Nah Ini Dia Dendam Membara 2 Periode Tetangga Wasalam Dibadik. (ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ISU itu beredar 10 tahun lalu bahwa Edy Pacul, 51, ada main dengan Ny. Kamtinah, (40), istri Soleman, (45). Kala itu Pak RT sudah mendamaikan, tapi ternyata hanya selesai di meterai Rp 6.000,- Buktinya, dua periode (10 tahun) kemudian Soleman naik pitam lagi, dan Edy Pacul dibadik di depan anaknya hingga wasalam.

Dendam politik dengan nyapres berkali-kali, itu tak masalah sepanjang masih punya uang. Tapi dendam asmara dengan memelihara rasa sakit hati 10- tahun silam, itu tidak baik, karena hanya meracuni jiwa. Bagaimana mungkin, sononya yang dituduh berbuat saja sudah santai dan hepi, kok sininya masih kepikiran terus dan berusaha balas dendam? Sudahlah, Allah Swt saja pemaaf pada umatnya yang dzolim, kok kita yang diciptakan-Nya malah pada belagu.

Soleman warga Wonosari Wetan Surabaya, rupanya termasuk lelaki yang suka mengingat-ingat masa lalu. Padahal profesinya bukan sejarawan macam Asvi Warman Adam atau JJ Rizal. Tapi yang diingat selalu Soleman bukan kapan terjadinya Perang Dinonegoro atau Penyerahan Kedaulatan RI dari Belanda, melainkan kisah penyerahan kehormatan istrinya, Kamtinah pada Edy Pacul 10 tahun silam.

Padahal, kisah adegan panas di ranjang itu hanya isyu belaka, tak pernah bisa dibuktikan secara yuridis formil. Sekitar tahun 2010-an, Kamtinah memang pernah jalan bareng dengan lelaki tetangganya, Edy Pacul. Tapi apakah jalan bareng itu menjadi indikasi pernah tidur bareng? Bisa saja karena satu arah kemudian Edy Pacul menawari Kamtinah bonceng motornya.

Cuma, semenjak ada HP dan internet banyak ora jadi lambe turah, suka menebar gosip cenderung hoaks. Tahu-tahu tit tit tit.......ada SMS masuk ke HP Soleman bahwa isinya memberi tahu istrinya dibawa-bawa Edy Pacul pakai motor. Dan Soleman ini rupanya juga lelaki sumbu pendek, membaca SMS itu hatinya langsung terbakar. Tanpa menyelidiki, tanpa klarifikasi, serta merta menuduh Edy Pacul telah “macul” istrinya.

Mereka ribut, sampai Pak RT waktu itu turun tangan. Keduanya tak hanya diminta bersalaman pertanda saling memaafkan, tapi juga bikin perjanjian di atas meterai Rp 6.000,- bahwa takkan lagi memasalahkan boncengan berdua naik motor antara Kamtinah – Edy Pacul. “Hindari saling curiga, karena kecurigaan adalah bibit permusuhan,” kata Pak RT waktu itu.

Tapi rupanya ya itu tadi, Soleman ini punya bakat jadi sejarawan, demen banget mengingat-ingat kejadian masa lalu. Apa lagi rangsangannya selalu ada, yakni terus sering ketemu Edy Pacul. Tapi bagaimana lagi, namanya juga tetanggaan. Kecuali Soleman sekeluarga pindah rumah, atau Edy Pacul sekeluarga disuruh pindah ke tempat lain. Kompensasinya ada uang pengusiran yang menguntungkan, sehingga keluarga Edy Pacul bisa beli mobil sampai 3 biji macam di Tuban sana.

Tapi boro-boro Soleman bisa memberi ganti untung kaya pemerintahan Jokowi, buat makan sehari-hari saja pas-pasan. Maka yang terjadi kemudian, asal ketemu Edy Pacul hatinya mak kranyassss....., ingat istrinya diboncengan. Jangankan ketemu, baru dengar suara Edy Pacul saja, jantungnya sudah sedut senut. Begitulah resikonya orang suka memelihara dendam kesumat.

Waktu terus berjalan, tanpa terasa sudah dua periode Solemen memelihara rasa dendamnya, sejak jaman Presiden SBY sampai Jokowi sekarang. Mungkin terkesan motto SBY dulu: lanjutkan! Sedangkan mestinya biar keluarga tenang pakailah motto presiden Jokowi: aku ra papa!

Klimaksnya belum lama ini, tahu-tahu Soleman bawa badik ke rumah Edy Pacul. Untuk menggertak, dia pinjam HP anaknya untuk lapor polisi. Tapi Soleman tak takut gertakan itu, teru saja Edy Pacul dibadik hingga tewas di tempat.  Soleman yang mencoba kabur ke Madura akhirnya ditangkap juga. Karena pembunuhan ini direncanakan, ancaman untuk Soleman bisa hukuman mati (pasal 340 KUHP) Soleman bingung milihnya, lanjutkan atau aku ra papa? (GTS)

ADVERTISEMENT

Editor: Guruh Nara Persada
Contributor: -
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT