Menekan Mobilitas Penduduk Lewat Pembatasan Mobil Pribadi

Jumat 04 Jun 2021, 11:05 WIB
Karikatur Sental-Sentil: Menekan Mobilitas Penduduk Lewat Pembatasan Mobil Pribadi. (kartunis: poskota/ucha)

Karikatur Sental-Sentil: Menekan Mobilitas Penduduk Lewat Pembatasan Mobil Pribadi. (kartunis: poskota/ucha)

BERBAGAI upaya terus dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Aktivitas masyarakat yang mulai meningkat pascalebaran, perlu diantisipasi bersama, mengingat akan berdampak kepada meningkatnya mobilitas penduduk.

Dalam sepekan ini, kepadatan arus lalu lintas menuju Jakarta mulai terlihat, baik melalui jalan tol dalam kota maupun non tol. Begitu juga arus sepeda motor dari Bodetabek menuju Jakarta.

Di satu sisi, kepadatan kendaraan bermotor ini menandai mulai normalnya kegiatan ekonomi masyarakat. Tetapi di sisi lain, perlu kewaspadaan tinggi terhadap kemungkinan munculnya kerumunan yang berpotensi terjadinya penularan virus corona.

Memperpanjang masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro mulai 1 Juni-14 Juni 2021 di Provinsi DKI Jakarta, menjadi salah satu upaya mencegah penyebaran.

Namun, kebijakan ini saja belum cukup. Masih perlu terobosan lagi guna menekan mobilitas penduduk yang berpotensi merebaknya penyebaran virus.

Rencana menerapkan kembali kebijakan “ganjil genap” bagi pelat mobil pribadi, menjadi satu solusi yang perlu dicermati.

Konsep awal ganjil genap (gage) untuk mengurangi kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu dan di kawasan tertentu, di saat masyarakat membutuhkan kecepatan dalam beraktivitas. Kita tahu, jalan Sudirman-Thamrin, Gatot Subroto, Rasuna Said dan beberapa lokasi lain menjadi kawasan padat kendaraan yang berdampak kepada kemacetan, kalau tidak disebut stagnan.

Kawasan inilah yang diberlakukan ganjil genap, kemudian diperluas ke kawasan lain karena ikut terdampak kemacetan pada jam berangkat kerja dan pulang kerja.

Hasilnya, kepadatan kendaraan dan kemacetan berkurang, lalu lintas terkendali.

Kebijakan Gage dicabut sejak Covid-19 mulai merebak di negeri kita, termasuk di Jakarta. Pertimbangannya, mengalihkan pergerakan penduduk dari angkutan umum ke kendaraan pribadi untuk memberi perlindungan. Tanpa Gage pun lalu lintas lancar terkendali karena aktivitas masyarakat dibatasi atau terbatasi.

Kondisi sekarang, tanpa Gage kepadatan lalu lintas terjadi. Mobilitas penduduk cukup tinggi, seolah tanpa pandemi. Sementara kita tahu, tingginya mobilitas penduduk akan berdampak kepada meningkatnya interaksi masyarakat, bahkan kerumunan yang berpotensi penularan.

Rencana menerapkan kembali ganjil genap, selain untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas, juga menekan mobilitas penduduk sebagai upaya mencegah penularan Covid.

Yang perlu dicermati, jangan sampai pemberlakuan ganjil genap berdampak kepada meningkatnya kepadatan dan kerumunan pada angkutan umum seperti KRL dan lain-lain.

Jika ini yang didapat, potensi penularan lebih besar terjadi, ketimbang kepadatan kendaraan pribadi. Kecuali, terdapat solusi memecah kepadatan pada angkutan umum dan tempat-tempat calon penumpang berkerumun. (jokles)

Berita Terkait

‘Atraksi’ di Acara Pernikahan

Sabtu 05 Jun 2021, 09:45 WIB
undefined

Yang Lebih Penting Pengawasan

Sabtu 05 Jun 2021, 06:30 WIB
undefined

Waspada! Klaster Keluarga Menggejala

Selasa 08 Jun 2021, 06:30 WIB
undefined
News Update