Halo apa kabar Bapak? Baik ya, ibu juga baik kan? selepas lebaran ini semoga sehat wal afiat. Sebulan penuh, bulan lalu kita digembleng. Itu semua orang tahu. Bagi muslim,tentu saja semua ibadah yang kita lakukan sebagai tes jiwa raga, dan nasihat hidup selama 11 bulan kedepan.
“Mudah-mudahan kita lulus tes semua,” ujar sahabat Bang Jalil dari jarak jauh.
Bang Jalil tersenyum. Alhamdulillah, tahun ini puasanya pol. Biasanya,ada yang bolong gegara sakit. Maklum, satpam kalau lagi tugas malam nggak tidur. Siangnya pusing,masuk angin. Maklum juga, usia sudah mendekati lansia. Sekali lagi maklum.
Apalagi sepanjang bulan puasa sampai lebaran usai, banyak banget kehebohan yang ikut bikin pusing juga. Orang yang di atas sana masih saja pada bertengkar.
“Bapak ngapain juga ngurusin yang diatas? Biarin aja, itu kan memang gaya mereka pada ribut?” kata sang istri, yang selalu membaca pikiran sang suami
“Ngomog-ngomong Bapak lulus tes kebangsaan?” Tanya sang sahabat.
“Bapak mah nggak mudeng sama yang begituan. Nggak pikirin tes kebangsaan atau apalah. Yang penting gajian lancar sudah seneng,” jawab sang istri.
“O, begitu? Apa nggak kepingin naik jabatan, jadi ASN?” tanya sahabat lagi.
“ASN, kek, PNS kek, kalau dasarnya serakah, kalau ada kesempatan, ya korupsi juga,” kata sang istri. “Ibu jangan ngomong gitu,” sergah Bang Jalil.
“Ibu nggak ikut campur, cuma ingin ngingetin. Bapak kan kemarin bilang, katanya ada puluhan ribu PNS fiktif? Fiktif itu apa sih Pak?” kata sang istri agak nyinyir.
“Ibu kayak kura-kura dalam perahu, padahal tahu,” kata sahabat.
“O, iya setelah KPK ada tes kebangsaan buat karyawannya, apa ada juga lembaga lain yang bikin tes kebangsaan?” Tanya sang istri.
“Wah, ibu tanya deh sama yang di atas sana,” jawab Bang Jalil.
Ibu Tanya sama sahabat, kan dekat sama pejabat? Kalau urusan Bapak, kasih uang belanja aja deh, Ibu mau masak yang enak, sekalian buat ngetes lidah masih punya rasa nggak? Maklum, sekarang ini ada ‘penyakit hilang rasa’, gegara corona!”