"Hari lahir Bung Karno dan wafatnya Bung Karno. Lalu Hari Lahir Pancasila yang merupakan warisan dari Bung Karno," kata Amarulla.
Bung Karno, menurut Amarulla, pada masanya merupakan pemuda yang sangat pintar dan revolusioner. Presiden Pertama itu berpidato tanpa teks.
Teks pidato Bung Karno yang ada saat ini hanya merupakan steno yang ditulis oleh notula.
"Saat itu, dia masih muda dan berani bicara di hadapan tentara pendudukan Jepang. Tak semua pemuda Indonesia saat itu berani menghadapi Jepang. Pemuda saat ini pun harus jadi pemuda pemberani dan penuh tekad," kata Amarulla.
Mempraktikkan hal tersebut, Amarulla punya pengalaman saat berbicara di hadapan ratusan perwira dari berbagai negara.
Dia yang tengah bersekolah di Prancis pada 2005, menyatakan bahwa Indonesia merdeka pada 1945.
Sementara, ada yang protes dan menyebut Indonesia merdeka tahun 1949, yang memprotes adalah siswa dari AS dan Belanda.
"Mereka tunjukkan di sejarah internasional Indonesia merdeka pada 1949. Saya bilang tak bisa, harus hormati kemerdekaan dari bangsa itu sendiri. Pada 1949 itu hanya penyerahan kemerdekaan secara de jure," katanya.
Amarulla lalu mengatakan, jika kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dipertanyakan, maka peringatan kemerdekaan AS pada 4 Juli 1776 juga bisa dipertanyakan.
Sebab faktanya, Inggris yang menduduki AS saat itu, baru pergi pada tahun 1783.
Akhirnya, dunia mengakui kemerdekaan Amerika Serikat berdasarkan versi bangsa Paman Sam itu.
"Indonesia ditulis kemerdekaaannya versi bangsa Indonesia sendiri. Saya menyatakan itu di hadapan mahasiswa internasional dari 180-an negara. Setelah itu jadi ramai masuk koran di Belanda, dan ada perdebatan di Belanda. Akhirnya, diputuskan Belanda mengakui tahun 1945 dengan kirim Menlunya ke Indonesia, ke Istana Presiden pada 2005," kata Amarulla.