BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Harga kedelai mengalami kenaikan, kini harga kedelai Rp1,1 juta per kuintalnya. Hal itu membuat pengusaha produsen tempe di Bekasi menghadapi dilema dalam menjualnya.
Saari (64), seorang pengusaha (produsen) tempe di kawasan Gang Mawar, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, mengaku bimbang.
Sebab, keinginannya menaikkan harga tempe agar tidak mengalami kerugian produksi justru terbentur dengan kepentingan pedagang sayur yang kerap menjajakan tempe.
"Naik ( harga) itu enggak bisa, yang jualan itu, ya namanya tukang sayur ya, tempe itu udah mahal harga empat ribu, lah dia mau jual berapa? Ya paling mahal dia jual lima ribu, paling mahal 6 ribu udah mentok, lha kita patokin harga enam ribu, dianya enggak mau beli," jelasnya.
Alasan pedagang sayur menolak, kata Saari, karena mereka mengaku sulit menjual tempe ke pembeli jika harga tempe yang dibeli dari dirinya terlalu mahal.
"Udah (dinaikin) 500 perak, kemaren Rp4.000 sekarang Rp 4.500, tukang sayurnya (bilang), 'jualnya susah, jualnya susah' kalau buat makan sendiri sih enggak apa-apa dia lima ribu mau, lha ini yang buat dijual lagi," jelasnya.
Lanjutnya, Saari pun juga sudah mengecilkan ukuran tempe. Dia berseloroh jika memang ukuran tempe terus diperkecil, bisa saja nanti tinggal plastik atau daun saja, saking kecil tempenya.
"Udah dikecil-kecilin, udah dikurangin terus, entar mau jual plastik ini? enggak ada tempenya," guyonnya. Menurutnya, ukuran sudah dikecilkan dan harga dinaikkan, ujungnya ditolak pedagang sayur, soalnya susah menjual ke warga,
Akibat kenaikan harga kedelai itu, bahkan produksi tempe Saari kini mengalami penurunan. Dari yang biasanya memproduksi tempe tiga sampai lima kuintal. Kini hanya dua kuintal per harinya.
"Sekarang (produksi) cuma dua kuintal, biasanya sampai tiga kuintal lima kwintal satu hari," jelasnya.
Bahkan dia juga merumahkan 3 pekerjanya, yang tadinya dia punya 10 pekerja, kini menjadi 7 pekerja.