Harga Kedelai Tinggi Dikeluhkan Pedagang Tahu dan Tempe: Serba Salah Deh!

Minggu 30 Mei 2021, 20:38 WIB
Pedagang tempe dan tahu di pasar Induk Kramat Jati yang sepi pembeli. (foto: poskota/mochamad ifand)

Pedagang tempe dan tahu di pasar Induk Kramat Jati yang sepi pembeli. (foto: poskota/mochamad ifand)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Naiknya harga kedelai impor sejak awal Mei 2021 lalu, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda akan turun. Akibatnya, para pedagang tempe dan tahu di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan kondisi yang ada lantaran keuntungan mereka semakin sedikit.

Darmo (40), pedagang tempe di Pasar Induk Kramat Jati mengatakan, kenaikan harga kedelai impor kini mencapai Rp11 ribu per kilogram dan belum menunujukkan tanda segera berakhir. Ia pun kini harus kebingungan karena berapa harga yang bisa dijual agar pembeli tak lari.

"Waktu awal tahun 2021 harga kedelai Rp9.000 per kilogram saja sudah berat, sekarang sampai Rp11 ribu per kilogram makin pusing saja," katanya, Minggu (30/5/2021).

Akibat naiknya harga kedelai impor tersebut, kata Darmo, harga tempe kini berkisar Rp7 ribu hingga Rp8 ribu per papan, padahal saat awal tahun 2021 lalu harganya berkisar Rp6 ribu per papan. Sementara siasat memangkas ukuran tahu dan tempe dirasa sudah tidak efektif karena kenaikan harga kedelai impor hingga kini belum menunjukkan tanda segera berakhir.

"Besok-besok mau gimana lagi, ukuran sudah dikecilin juga, tapi harga bahan pokok belum juga turun," ujarnya.

Atas hal itu, sambung Darmo, ia dan pedagang lainnya tinggal berharap kepada pemerintah agar bisa menstabilkan harga. Pasalnya, hingga kini ia mengaku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi sekaligus mencoba menahan agar harga enggak terus naik lagi.

"Kalau harga mahal begini mau produsen, pedagang, pembeli semua susah. Sekarang saja pembeli sudah sepi, kalau harga naik lagi ya makin sepi," ungkapnya.

Hal sama juga disampaikan Sobirin (38) pedagang tahu di Pasar Induk Kramat Jati. Ia mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor. Akibat hal itu berimbas pada naiknya harga pada semua jenis tahu.

"Kalau kami nggak naikin nggak ada untungnya, mau dinaikin lagi, nanti nggak ada yang beli. Serba salah deh pokoknya," imbuhnya.

Menurutnya, meski stok kedelai di pasaran aman tapi bila harganya mahal maka memberatkan, terbukti dari aksi mogok yang dilakukan sejumlah produsen tempe dan tahu di beberapa daerah. Ia pun menilai harga tahu maupun tempe nantinya akan kembali naik dan sepi pembeli.

"Ini dari bulan puasa sampai sekarang sudah tiga kali menaikkan harga. Masing-masing jenis tahu beda-beda harganya. Ada yang naik Rp1.000, makanya pembeli sepi. Pembeli langganan juga enggak belanja," tukasnya. (ifand)

Berita Terkait
News Update