JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana menyampaikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke-1 Universitas Hindu Negeri, I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
Dies Natalis pertama tersebut juga dihadiri Gubernur-Bali I Wayan Koster, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI-Tri Handoko Seto yang juga hadir secara virtual, dan Bupati Bangli- Sang Nyoman Sedana Arta.
Dalam Orasi Ilmiah berjudul: Keluar dari Pusaran: Aktivisme Hindu dalam Menghadapi Tantangan dan Masa Depan, Ari memaparkan perjalanan panjang intelektual Bali memperjuangkan eksistensi agama Bali dalam menghadapi ancaman dari pihak eksternal maupun untuk mendapatkan pengakuan dari negara sebagai agama resmi.
Sebelumnya, Agama Bali tidak memiliki nama atau identitas tunggal. Ada yang menyebutkan sebagai agama Siwa-Budha, Agama Tirtha, Agama Tri Murti, Agama Hindu-Bali dan Agama Bali-Hindu.
Keragaman penamaan Agama Bali ini terjadi karena orang Bali menjalankan agama secara otopraksis, melanjutkan tradisi yang mengalir tanpa putus dari masa ke masa. Semua tradisi itu berasal dari akar Hinduisme di India dan telah mengalami proses pelokalan atau localiziation, dengan bercampur dengan tradisi-tradisi lokal yang tumbuh dalam masyarakat Jawa maupun Bali.
Ari juga menyebutkan dibalik polemik kebudayaan yang sering terjadi, para intelektual Bali memiliki kesamaan pemikiran: pertama, para intelektual Bali merasa perlu mempertahankan Bali dari ancaman penyebaran agama lain dari luar. Kedua, mereka memandang Bali sebagai entitas tunggal yang memiliki adat dan kebiasaan sendiri.
Dalam merumuskan eksistensi Agama Bali, intelektual Bali mencari pertautan agama Bali dengan India. Upaya ini dilakukan dengan mendorong kaum terpelajar Bali memperdalam pengetahuan mereka tentang bahasa Sansekerta, agar bisa menemukan sumber-sumber utama Wedha, Upanisad dan Bhagawadgita.
Selain itu terjadi interaksi antara intelektual Bali dengan kaum terpelajar India, ditandai dengan kedatangan Prof. Raghu Vira dan Pandhit Shastri ke Bali.
Sebaliknya, dimulai tahun 1950, India Council fo Cultural Relations memberikan beasiswa kepada kaum terpelajar Bali untuk belajar di Universitas di India. Salah satunya Ida Bagus Mantra yang mendapatkan kesempatan belajar di Vishva
Bharati di Shantiniketan, Benggala, yang kemudian diikuti beberapa penerima beasiswa lainnya, seperti Ida Bagus Oka Punyatmadja dan Tjokorda Rai Sudartha.

Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana di acara Dies Natalis ke-1 Universitas Hindu Negeri, I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.(Ist)
Dengan basis intelektualitas yang semakin beragam, kaum terpelajar Bali berhasil mencapai titik penting dalam perumusan dasar-dasar kanon teologis agama Hindu Bali. Kanon teologis tersebut akan bisa menjadi dasar dan pegangan dalam memberikan penjelasan ke pihak eksternal maupun menjadi basis internalisasi ke dalam.
Perumusan sifat universal dari agama Hindu-Bali juga menjadi dasar perubahan nama agama Hindu-Bali menjadi agama Hindu, atau bahkan selanjutnya lebih ditekankan lagi menjadi Agama Hindu Dharma.
Memperjuangkan Pengakuan Negara