Oleh: Tri Broto, Wartawan Poskota
KASUS Covid-19 masih menjadi pekerjaan rumah kita semua. Pemerintah maupun masyarakat. Pasien silih berganti. Ada yang sembuh, tak sedikit wafat. Ada yang peduli, tak sedikit yang abai.
Setiap hari kita kerap mendengar bunyi rotator ambulans menyeruak di antara kebisingan deru kendaraan di jalan. Usut punya usut, mobil darurat itu sebagian besar mengangkut pasien (atau jenazah) Covid-19.
Seolah tak henti menyadarkan, sekaligus mengingatkan, bahwa virus itu sewaktu-waktu menyerang kita, istri, anak, orangtua, kerabat dekat dan siapa saja.
Masa libur Lebaran 2021 kemarin diantisipasi pemerintah yang mengeluarkan segenap kemampuannya agar tidak muncul klaster pemudik.
Pelarangan mudik bagi masyarakat dilakukan jauh-jauh hari. Sosialisasi disebarluaskan melalui banyak ruang media.
Penyekatan dilakukan di mana-mana, meski titik Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi sempat “jebol” oleh pasukan bermotor. Petugas gabungan dari TNI, Polri, dan pemerintah daerah dibuat kewalahan.
Beruntung penyekatan di banyak titik jalur darat arus mudik mampu menekan jumlah pemudik. Demikian pula di jalur udara dan laut. Tak main-main, sampai 70 persen dari jumlah pemudik Lebaran tahun 2020.
Tak cukup sampai di situ, pengetatan pemudik arus balik ditingkatkan. Pemeriksaan di titik yang sama dengan jalur mudik dilakukan.
Bahkan, Gubernur DKI Anies Baswedan menyerukan agar Satgas tingkat RT dan RW menyisir siapa saja warga yang tinggal di Jakarta sepulang dari kampung halaman.
Semua ini dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah demi menyelamatkan masyarakat dari penyebaran Covid-19. Yang belakangan virus itu bermutasi menjadi beberapa jenis baru dengan tingkat bahaya berbeda. Intinya virus ini jangan sampai berkembang.