Praktisi Mesum Hanya Dibina, Warga Merusak Kantor Desa

Selasa, 18 Mei 2021 07:30 WIB

Share
Karikatur Nah Ini Dia: Praktisi Mesum Hanya Dibina, Warga Merusak Kantor Desa. (kartunis: poskota/ucha)
Karikatur Nah Ini Dia: Praktisi Mesum Hanya Dibina, Warga Merusak Kantor Desa. (kartunis: poskota/ucha)

IH, enak betul, mesum berulang kali kok hanya diberi pembinaan. Maka warga Tuban (Jatim) pun jadi marah. Dinilai Kadesnya terlalu apikan aten, kantor desa yang dijadikan sasaran.

Gedung dirusak, begitu juga peralatan kantor dihancurkan. Polisi pun turun tangan, pelaku mesum itu diambil alih Kepolisian.

Tak ada Kades yang merasa bahagia ketika warganya masuk penjara. Pinjam istilahnya Presiden SBY dulu, pastilah ikut prihatin! Karenanya ketika “kenakalan” warganya belum begitu parah, Pak Kades memilih memberikan pembinaan.

Ketimbang sampai jadi urusan polisi, pastilah keluarganya jadi berantakan. Tapi kan tak semua penduduk sependapat dengan kebijakan Kadesnya. Dan demokrasi yang kebablasan itu pun berimplikasi pada perusakan aset desa!

Salah satu Kades yang apikan aten (berbaik hati) itu adalah Mujiono (50) seorang Kades di Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Ketika rakyat di desanya masih menikmati suasana Lebaran 1442 H, eh.....ada warga yang menyulut api asmara, bukannya mercon!

Malam-malam berbuat mesum, sehingga digerebek masa. Tak mau merusak suasana Idul Fitri, pasangan mesum itu hanya diberi pembinaan, dan kedua keluarga itu diminta saling memaafkan. Tapi warga ternyata tidak puas.

Yang bikin gara-gara siapa lagi kalau bukan Wiyono, (56), dengan rekanan mesumnya janda Nurmanti, (49). Mereka sebetulnya sudah masuk radar pemantuan warga setempat, tapi rupanya tidak nyadar.

Hari Lebaran mestinya cium tangan atau dengkul sebagai bukti saling memaafkan, tapi Wiyono malah cium janda STNK tetangganya sendiri. Kata orang Yogya, jan tanja temenan!

Wiyono sebetulnya punya istri, tapi bekerja di Kalimantan. Biasanya setiap Lebaran dia pulang kampung ketemu keluarga. Tapi gara-gara Corona, sejak Lebaran tahun lalu istrinya tak pernah pulang kampung.

Dengan sendirinya, Wiyono benar-benar kesepian. Ibaratnya sepeda motor, dua tahun tak pernah “ngetap olie”, bagaimana bunyi mesinnya, coba?

Halaman
Editor: Guruh Nara Persada
Contributor: -
Sumber: -
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar