JAKARTA, POSKOTA. CO.ID - Serangan udara tentara Israel terus berlangsung dengan membombardir Jalur Gaza, Senin (17/5/2021) waktu setempat. Akibatnya 212 orang tewas, termasuk 61 anak-anak dan 36 wanita, serta lebih dari 1.000 orang luka.
Dalam serangan tersebut, Israel juga menewaskan seorang komandan senior pasukan militan Palestina di Jalur Gaza, Hussam Abu Harbeed.
Setelah kematian Harbeed, kelompok bersenjata Jihad Islam menembakkan roket ke kota pesisir, Ashdod di Israel. Petugas medis mengungkapkan ada tujuh orang terluka akibat serangan tersebut.
Dikutip laman Arabnews.com, Hussam Abu Harbeed tewas dalam gelombang baru serangan udara terhadap bangunan perumahan dan komersial, termasuk kafetaria tepi laut.
Israel juga mengebom apa yang militernya gambarkan sebagai terowongan bawah tanah, Metro sepanjang 15 kilometer yang digunakan oleh Hamas, dan rumah sembilan komandan Hamas berpangkat tinggi.
Di tepi kamp pengungsi Jabalya, petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang disebabkan oleh peluru artileri Israel menghantam pabrik spons. Awan asap tebal memenuhi langit.
Para pekerja membersihkan puing dari bangunan yang rusak dari jalan-jalan dan mencoba memperbaiki telepon dan saluran listrik yang rusak. Orang-orang juga menggeledah puing bangunan yang hancur untuk mengambil barang-barangnya.
"Jalan utama hancur, termasuk yang menuju ke Rumah Sakit Al-Shifa, mempengaruhi sanitasi dan pasokan air," terang Walikota Kota Gaza, Yahya Al-Sarraj.
Bagi Ziad Sheikh Khalil (44), dan istri serta keempat anaknya mengungkapkan tentang tidak adanya listrik di rumahnya.
'Kami semua bekerja bersama dengan cepat saat listrik menyala, untuk menyambungkan peralatan listrik dan mengisi daya ponsel, mengoperasikan mesin cuci, dan memompa air ke tangki di bagian atas gedung.”
Mesir memimpin upaya untuk menengahi gencatan senjata di Gaza, tetapi AS telah memblokir tiga draf pernyataan Dewan Keamanan PBB. Utusan AS Hady Amr bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah pada hari Senin, dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan stafnya telah "bekerja sepanjang waktu" untuk mengakhiri konflik.